Home Gaya Hidup Warga Ende Harus Pertahankan Pancasila

Warga Ende Harus Pertahankan Pancasila

Ende, Gatra.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Victor Bungtilu Laiskodat menegaskan masyarakat NTT umumnya dan khususnya warga Ende harus merasa bangga karena Pancasila lahir dari Bumi Ende di bawah pohon Sukun. Dari isi perut bumi Ende inilah nilai-nilai dasar Pancasila itu ditemukan proklamator kita Ir Sukarno.

"Sekali lagi nilai dasar Pancasila itu bukan ditemukan didaerah lain tetapi dari bumi kita Kabupaten Ende," kata Viktor dalam sambutannya saat memimpin Apel Peringatan Hari Lahir Pancasila, Jumat 1 Juni 2019 di Lapangan Pancasila, Kota Ende.

 

Karena itu Gubernur Victor meminta agar warga Ende dan NTT umumnya harus menjadi diri militan dalam berbagai ha,l termasuk dalam hal berdoa. Untuk itu apapun isu yang digulirkan sejumlah provokator nasional yang mau menggoyang keberadaan Pancasila maka warga Ende dan NTT harus berupaya menantang.

 

"Saya minta kita warga NTT umumnya harus berada di garis depan mempertahan Pancasila dan NKRI. Kita harus jadi militan dalam tanda petik untuk mempertahankan kedaulatan bangsa dari rongrongan orang-orang tidak bertanggungjawab. Jadi Pancasila dan NKRI adalah harga mati," tegas Viktor.

Pelaksanaan peringatan Hari Lahir Pancasila di Kabupaten Ende yang dipusatkan di Lapangan Pancasila Ende diikuti oleh Anggota TNI dan Polri juga ASN serta mahasiswa dan pelajar di Kota Ende. Semua peserta upacara mengenakan pakain adat dari berbagai daerah di Indonesia.

 

Peringatan Hari lahirnya Pancasila di Lapangan Pancasila, Ende, Jumat (1/6) sangat meriah dengan adanya penampilan anggota paduan suara dari SMAK St Petrus Ende yang selain membawakan lagu wajib Indonesia Raya pada saat apel bendera juga membawakan lagu-lagu daerah termasuk Lagu Pancasila yang dibawakan dalam Bahasa Daerah Ende.

 

Penampilan yang memukau itu mendapatkan aplaus dari para undangan dan peserta apel termasuk Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang bersama Plt Bupati Ende, Drs Djafar Achmad dan Ketua DPRD Provinsi NTT, Anwar Pua Geno mendatangi anggota paduan suara untuk berfoto bersama.

 

Seperti diketahui di Kota Ende inilah, Presiden Soekarno yang diasingkan sebagai tahanan politik antara 1934-1938, menemukan perekat bangsa.

 

Di bawah pohon Sukun yang berada dalam rumah pengasingan di Jalan Perwira, pusat kota Ende ini Ir Sukarno merenung dan menemukan nilainilai dasar Pancasila.  

 

Di kota Ende inilah Ir Sukarno menemukan makna ketuhanan bagi bangsa,  kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, hikmat kebijaksanaan, musyawarah, dan keadilan sosial.

 

Sebelum Ir Sukarno datang, Ende adalah ibukota Afdeelingen Flores sekaligus ibu kota Onderafdeelingen Ende. Pluralitas agama, budaya, suku bangsa, sudah ada di Ende.

 

Kemajemukan ini ditambah dengan warna kota Ende sebagai kota perdagangan.

 

Ketika itu juga di Ende sudah ada pusat misi katolik di Ndona, beberapa sekolah Katolik, Percetakan Arnoldus, Toko Buku Nusa Indah, Biara Santo Yosef, Gereja Katedral, beberapa masjid dan musala.

Pemerintahan Kota Ende sebagai ibu kota Flores serta segenap aktivitas masyarakatnya, saat itu cukup tenang dan kondusif bagi Bung Karno menjalani masa pembuangannya.

 

Bila berbicara tentang Ir Sukarno, Ende juga tidak bisa dilepas pisahkan begitu saja. Karena di Ende inilah yang telah menghidupkan sang Proklamator selama kurang lebih empat tahun ketika sang orator berkharisma  ini dibuang ke Ende oleh pemerintah Kolonial.

 

Tempat pembuangan Bung Karno di Ende sekarang dilestarikan sebagai salah satu objek wisata.

 

Selama di Ende, Bung Karno mengadakan permenungan di tempat-tempat khusus, beliau berkontemplasi di bawah sebuah pohon sukun. Yang aslinya sudah tidak ada lagi. Pemerintah setempat kemudian menanam kembali pohon bersejarah itu di tempat yang sama sebagai kenangan akan masa lalu Soekarno di Ende.

 

695