Yogyakarta, Gatra.com - Para rektor universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta merekomendasikan Gubernur DIY sekaligus raja Keraton Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menjadi penengah pendukung calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Rekomendasi para akademisi ini muncul dalam Seminar Rekonsiliasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (1/6) sore.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Sutrisna Wibawa mengatakan, dirinya berharap tokoh Yogyakarta bisa mendorong terwujudnya rekonsiliasi nasional sesegera mungkin. "Saya lihat tokoh nasional Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Gubernur DIY mampu mendamaikan dua kubu itu," katanya.
Rekonsiliasi dirasa cukup mendesak, mengingat suhu politik sejak pilpres terus memanas. Apalagi belum lama ini muncul seruan referendum di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Menurutnya seruan ini menjadi persoalan yang luar biasa.
"Ada satu pimpinan yang menyatakan referendum. Saya pikir itu persoalan yang luar biasa. Rekonsilasi tokoh nasional sangat mendesak. Di daerah kita tidak merasakan, tapi yang merasakan di Jakarta," kata dia.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Purwo Santoso. Menurutnya jika berkenan, Sultan bisa menempuh komunikasi politik secara elegan.
"Kalau beliau berkenan ya bisa saja, karena beliau juga masih di level nasional. Ya turut aktif mendamaikan, tapi juga harus ada komunikasi politik yang elegan. Supaya beliau juga tidak terkesan mencari muka," katanya.
Untuk mendamaikan dua pendukung capres, menurut Purwo, Sultan harus berposisi sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta, bukan Gubernur DIY, karena bisa dianggap menjadi bagian pemerintahan Presiden Joko Widodo. "Beliau harus sebagai Sultan, bukan Gubernur," ucapnya.
Dalam seminar itu, selain dihadiri Sutrisna Wibawa dan Purwo Santoso, ada Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi, Rektor Universitas Gadjah Mada Panut Mulyono, Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Mohammad Irhas Effendi, dan Rektor Universitas Islam Indonesia Fathul Wahid.