Home Ekonomi Chevron Bakal Kembalikan Habitat Mangrove Yang Rusak Oleh Abrasi di Bengkalis-Dumai

Chevron Bakal Kembalikan Habitat Mangrove Yang Rusak Oleh Abrasi di Bengkalis-Dumai

Pekanbaru, Gatra.com - Meski hanya tersisa dua tahun lagi mengelola Blok Kangguru (Rokan), PT Chevron Pacific Masih terus berusaha memberikan yang terbaik untuk Riau. 

Salah satunya adalah mengurusi mangrove di kawasan Dumai dan Bengkalis yang selama ini sudah rusak parah dihajar abrasi. 

Senior Vice President Corporate Affairs PT CPI, Wahyu Budiarto mengatakan, untuk melakukan konservasi mangrove pihaknya menggandeng Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Ini adalah bagian dari Mangrove Ecosystem Restoration Alliance atau Aliansi Restorasi Ekosistem Mangrove (MERA). MERA sendiri merupakan sebuah platform kemitraan yang bekerja sinergis untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan mangrove. 

"Kami berencana melakukan replikasi program konservasi mangrove di kawasan mangrove Dumai dan Bengkalis. Bersama YKAN dan Pemprov Riau," katanya dalam rilis yang diterima Gatra.com, Jum'at (31/5).

Kegiatan pendahuluan kata Wahyu sudah dibiki. Studi desain rencana restorasi kawasan pesisir di kedua daerah juga sudah berjalan sejak awal tahun dan diharapkan selesai akhir tahun ini.

"Harapan kami, implementasi program ini bisa dimulai tahun depan," ujarnya.

Jika program Chevron ini kelar, diharapkan ikan-ikan kembali 'subur' di dua daerah itu. Sebab secara umum diperkirakan 80 persen hasil ikan tangkap dunia bergantung pada hutan mangrove. 

Akarnya yang rapat dan lingkungan vegetasi di sekitarnya berperan penting untuk menyaring air dari kotoran dan polutan lain untuk menghasilkan air bersih. 

Data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia, mencapai 3,556 juta hektar. 

Tapi kini 33,55 persen atau 1,193 juta hektar lahan mangrove itu dalam kondisi kritis. Sebagian besar hutan mangrove telah hilang akibat konversi lahan untuk budidaya perikanan dan pembangunan. 
 

578