Medan, Gatra.com - Polisi memastikan ada rencana kerusuhan yang disengaja saat aksi unjuk rasa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di DPRD Sumut Jumat 24 Mei 2019 lalu. Hal itu terungkap dari bambu runcing yang dibawa mobil ambulans.
Katim Sidik Pelanggaran Dugaan Makar Satreskrim Polrestabes Medan AKP Rafles Marpaung menjelaskan, saat aksi unjuk rasa GNKR di DPRD Sumut ditemukan ambulans membawa bambu runcing. Ambulans itu diduga milik salah satu Masjid di Kecamatan Marelan. “Ada yang mempersiapkan bambu runcing, di Mobil Ambulan yang diparkirkan di seputaran DPRD Sumut,” katanya, di Medan, Jumat (31/5).
Baca Juga: Ketua Presidium GNKR Sumut Ditangkap Karena Sebut Polisi PKI
Rafles juga menyebut jika bambu itu diduga akan digunakan saat kericuhan terjadi. “Bambu itu diperuncing dalam keadaan baru. Yang diduga akan dibagikan saat kerusuhan,” jelasnya.
Saat unjuk rasa, sempat terjadi kericuhan saat malam hari. Massa yang tersulut emosi merusak kawat berduri dan melakukan pelemparan ke arah DPRD Sumut. Akibat aksi lemparan itu, personel Provost Polda Sumut AKBP Triadi terluka di bagian lengan.
Polisi juga mengungkap, ada unsur kesengajaan untuk membuat kericuhan saat unjuk rasa di DPRD Sumut. “Dari handphone yang kami amankan dari tersangka, ada bahasa itu memang sudah direncanakan. Pertama itu dimulai oleh Rabualam, menggunakan kata-kata yang provokatif sehingga memancing polisi untuk melakukan tindakan represif. Sehingga muncu reaksi masyarakat akan membalas. Ternyata aparat kepolisian tidak terpancing,” ujar Rafles.
Baca Juga: Polda Sumut Kabulkan Penangguhan Dua Tersangka Makar
Sekadar mengingatkan aksi unjuk rasa di DPRD Sumut berlangsung hingga larut malam. Aksi itu rencananya akan dilakukan hingga sahur. Namun malam itu, kata polisi, massa terpecah. Sebagian pulang dan ada yang bertahan.
“Sudah dipersiapkan 700 nasi untuk sahur. Untuk Bambu runcing ini, jika pada saat dibubarkan polisi karena sudah melewati batas unjuk rasa, itu mereka tidak akan terima. Dan diduga akan menggunakan bambu runcing itu,” tukasnya.
Rafles juga mengatakan ada sejumlah orang yang diduga mendanai aksi itu. Pendanaan diduga diberikan untuk konsumsi sepanjang unjuk rasa. “Namun keterkaitaannya apakah hanya untuk konsumsi atau makar masih kita dalami. Itu atas nama perorangan,” pungkasnya.
Reporter: Putra TJ