Banda Aceh, Gatra.com - Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Aceh, menerbitkan sertifikat kesehatan ikan untuk ekspor perdana 6 ribu kilogram ikan pelagis segar dari kawasan Pelabuhan Perikanan Kutaraja Banda Aceh.
Ikan yang diekspor ini terdiri dari jenis Tuna sebanyak 3 ribu kilogram dan Cakalang 3 ribu kilogram yang berasal dari Unit Pengolahan Ikan UD Nagata Tuna dengan tujuan Kilang Sheid Satun Port, Thailand dengan menggunakan KM Sabang Wisata.
Loading ekspor 6 ribu kilogram ikan Aceh tersebut dilakukan di PPS Kutaraja dan selanjutnya diberangkatkan dari Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Kebupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Kepala BKIPM Aceh, Diky Agung Setiawan mengatakan, terlaksananya ekspor hasil perikanan dari Kawasan PPS Kutaraja ini merupakan sejarah baru dalam lalu lintas ekspor komoditi hasil perikanan Aceh.
“Ini merupakan dampak dari Pembentukan Satgas Percepatan Ekspor Hasil Perikanan Aceh yang diinisiasi oleh BKIPM Aceh dengan Biro Perekonomian Aceh, DKP Aceh, Disperindag Aceh dan para pelaku usaha perikanan di Banda Aceh dan sekitarnya awal April 2019 lalu,” kata Agung, Jum’at (31/5).
Ia juga menyatakan, terwujudnya ekspor langsung dari Aceh ini merupakan salah satu solusi dari melimpahnya ikan di pelabuhan perikanan khususnya PPS Kutaraja yang berakibat pada turunnya harga ikan hasil tangkapan nelayan.
Untuk itu, kata dia, pihaknya berharap hal ini bisa menjadi pemicu bagi pengusaha perikanan lainnya di Aceh untuk melakukan ekspor langsung hasil perikanannya tanpa harus tergantung ke daerah lain, seperti Sumatera Utara yang berlangsung hingga saat ini.
“BKIPM Aceh siap membantu para pelaku usaha perikanan yang berniat ingin mengekspor komoditi hasil perikanan dari sisi jaminan kesehatan dan mutu keamanan hasil perikanan agar Aceh memiliki kedaulatan penuh terhadap produk hasil perikanannya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, M. Raudhi mengatakan, pihaknya akan terus mendorong ekspor berbagai komonitas hasil pertanian dan perikanan Aceh melalui Pelabuhan Malahayati Krueng Raya, maupun melalui udara.
Selama ini, kata dia, pihaknya hanya melakukan ekspor ikan tuna saja, tapi ekspor dilakukan melalui udara tidak melalui pelabuhan. Namun, sejak kenaikan harga kargo ekspor ikan tuna tidak dilakukan lagi karena harus mengeluarkan banyak modal.
“Hal ini, perlu perhatian serius dari semua pihak terutama Pemerintah pusat, dan pihak maskapai penerbangan. Kita harapkan harga kargo bisa turun sehingga aktivitas ekspor kembali berlanjut,” terangnya.