Jakarta, Gatra.com - Pulang kampung merayakan Hari Raya Idulfitri sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga. Menjalani mudik dengan macet berjam-jam pun rasanya setimpal dengan rasa bahagia bisa bertemu keluarga di kampung halaman.
Namun, ada juga yang tidak bisa merasakan untuk melewatkan momen bersama keluarga saat hari raya Idulfitri. Salah satunya adalah Dedi Trihartanto (42), salah satu pekerja cleaning service di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia terpaksa tidak bisa pulang kampung karena baru memiliki anak yang berusia balita.
“Saya baru punya anak, dan usianya 5 bulan. Kasihan jika dibawa-bawa mudik,” ujar Dedi, pekerja yang sudah bekerja di Terminal Pasar Minggu sejak 1990-an, kepada Gatra.com.
Sebelum memiliki anak, Dedi dan istri selalu mudik dengan mengendarai kendaraan roda dua. “Dari 2006, saya selalu pulang ke kampung istri di Garut dengan motor. Karena cuma berdua, jadi enak saja naik motor,” ungkap Dedi.
Pria asal Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, itu sebenarnya ingin sekali pulang dan berkumpul bersama keluarga besarnya. “Kalau dibilang mau, ya mau (pulang). Tapi enggak tega sama anak. Nanti mungkin tahun depan,” terangnya.
Berbeda dengan anggota petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Terminal Pasar Minggu, Rachmat Utama (43). Lahir dan tinggal di Jakarta membuatnya tidak bisa merasakan mudik ke kampung halaman. “Asli Jakarta, mau pulang kampung kemana saya?” ujar Rachmat sambil tertawa.
Namun sesekali, ketika merasa jenuh dengan libur Idulfitri di Ibu Kota, Rachmat beberapa kali ikut mudik ke kampung halaman koleganya. “Dulu-dulu sih saya ikut mudik ke kampung teman-teman saya di sini. Ya setidaknya untuk merasakan mudik itu seperti apa,” katanya.