Medan, Gatra.com - Kota Medan memiliki sebuah masjid yang sangat iconic. Bersebelahan dengan Taman Sri Deli, dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari Istana Maimun.Terletak di pusat kota, masjid tersebut dibangun oleh Kesultanan Deli tahun 1906 dan baru rampung 1909.
Ya, itulah Masjid Raya Al Mahsun Medan. Letaknya di Jalan Sisingamangaraja No 51, Kecamatan Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara. Tidak hanya dari wisatawan lokal, wisatawan manca negara juga datang langsung untuk melihat keindahan arsitektur masjid.
Bangunan Masjid Raya Al Mahsun telah menjadi ikon Medan, dan masuk ke dalam satu satu Cagar Budaya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Karena berusia lebih dari 100 tahun. Meski berusia lebih dari satu abad, bangunan masjid masih terlihat kokoh.
Bangunanya yang cukup besar, Masjid Raya Al Mahsun sudah terlihat dari arah kejauhan. Hanya saja untuk masuk ke areal masjid harus melalui gapura yang menghadap Jalan Sisingamangaraja yang menjadi pintu masuk utama.
Terlihat ada 5 kubah di Masjid Raya Al Mahsun. Selain itu pintu masuk ke dalam masjid juga ada 7, jumlah tersebut memang tidak lazim jika melihat bangunan masjid yang ada saat ini. Pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Raya Al Mahsum, Muhammad Hamdan menyebut bangunan masjid dibuat 8 persegi. Selain itu ada 5 kubah dan 7 pintu.
"5 itu artinya jumlah waktu salat wajib dalam sehari. Kalau 7 pintu itu artinya jumlah hari dalam seminggu," ujarnya saat ditemui Gatra.com di Masjid Raya Al Mahsun, Medan, Rabu (30/5).
7 pintu itu dibuat, kata dia, berdasarkan 8 arah mata angin. Di mana, ketika itu membuat suasana di dalam masjid menjadi sangat sejuk, karena angin masuk dari segala arah.
"Itu cerita dulu, karena belum banyak bangunan di sekitar masjid, dan pepohonan masih banyak. Kalau sekarang sudah tidak lagi, perkembangan kota sudah sangat pesat, bangunan ada dimana-mana. Untuk membuat jamaah tetap nyaman selama beribadah, kami siapkan pendingin ruangan," jelasnya.
Tujuan dibangunnya Masjid Raya Al Mahsun oleh Sultan Deli, disebutkannya untuk membantu syiar atau penyiaran agama Islam di Indonesia khususnya Kota Medan. Menurutnya, sebelum membangun Masjid Raya, Sultan Deli sudah lebih dahulu membangun Masjid Usmani di Medan Labuhan. "Masjid Raya itu masjid kesekian yang dibangun Sultan Deli waktu itu. Tapi, ini yang paling besar, dan biayanya dari pribadi Sultan Deli," ceritanya.
Dalam membangun Masjid Raya, Hamdan menyebut Sultan Deli sangat maksimal. Sebab, Sultan menyuruh anggotanya untuk mencari arsitektur yang berkualitas, akhirnya dilakukan perjalanan ke sejumlah negara seperti Eropa, Timur Tengah dan Asia.
"Setelah pencarian selesai, utusan tersebut kembali menemui Sultan Deli untuk menyampaikan hasil perjalanan mencari artisitektur. Dan akhirnya dipanggil arsitek dari Eropa, kalau melihat bangunan masjid, ini perpaduan 4 arsitektur yakni Eropa, Asia, Timur Tengah dan Kerajaan Deli," ucapnya.
Reporter: Putra TJ