Damaskus, Gatra.com - Lebih dari 20 warga sipil tewas pada Selasa (28/5) ketika pemerintah Suriah melanjutkan pengeboman tanpa henti terhadap kubu pemberontak di barat laut Suriah.
Serangan terbaru terjadi sesaat setelah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kekuatan dunia karena tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pertumpahan darah dan kehancuran.
Dilansir oleh Al jazeera, menurut badan amal medis Perhimpunan Perawatan dan Bantuan Medis (UOSSM), Sebulan pemboman intensif di wilayah itu oleh Suriah dan sekutunya, Rusia, telah mengakibatkan tewasnya 229 warga sipil dan melukai 727 lainnya,
Idlib dan bagian dari provinsi tetangga Aleppo, Hama dan Latakia berada di bawah kendali Hay'et Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya merupakan afiliasi Suriah al-Qaeda, yang telah berjanji oleh pemerintah Suriah untuk dihancurkan.
menurut PBB sekitar 200.000 orang kini telah meninggalkan wilayah Idlib dan aleppo demi keselamatan. Pejabat urusan kemanusiaan utama Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam Dewan Keamanan yang tidak bertindak atas kejadian di Suriah.
"Tidak bisakah dewan ini mengambil tindakan konkret ketika serangan terhadap sekolah dan rumah sakit telah menjadi taktik perang yang tidak lagi memicu kemarahan? Apakah tidak ada yang bisa dikatakan atau dilakukan ketika bom barel sembarangan dijatuhkan di wilayah sipil?" kata Mueller seperti dilansir oleh Al Jazeera.
Sementara itu Amerika Serikat mengatakan terus khawatir dengan pemerintah Suriah dan serangan udara Rusia di barat laut Suriah.
"Serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan infrastruktur publik seperti sekolah, pasar, dan rumah sakit adalah eskalasi konflik yang ceroboh dan tidak dapat diterima," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus.
Sebelumnya, serangan militer di barat laut selama sebulan terakhir menandai peningkatan paling intens antara Presiden Suriah Bashar al-Assad dan musuh pemberontaknya sejak musim panas lalu.