Sabah, Gatra.com - Masa depan Badak Sumatera terancam punah di Malaysia akibat kematian pejantan terakhir. Kematian Tam, yang tinggal di suaka margasatwa di pulau Kalimantan, diumumkan pada hari Senin (28/5).
Tam berusia sekitar 30 tahun dan telah tinggal di sebuah penangkaran di negara bagian Sabah, Malaysia sejak ditemukan berkeliaran di perkebunan kelapa sawit pada tahun 2008.
Mengumumkan kematiannya, para pejabat Malaysia meyakini Tam telah meninggal karena usia tua. Namun penyebab kematiannya lebih banyak yang akan diketahui setelah pemeriksaan jasadnya.
Cathy Dean, CEO badan amal 'Save the Rhino International' yang bermarkas di London mengatakan Badak Sumatera telah terpukul oleh perburuan liar dan hilangnya habitat. Tetapi menurutnya ancaman terbesar yang dihadapi spesies saat ini adalah sifat populasi mereka yang terpisah antara jantan dan betina.
"Badak Sumatera benar-benar menderita karena terpisah dari habitat mereka. Dengan penebangan hutan untuk jalan, untuk pembangunan, bidang-bidang hutan yang tersedia menyusut. Terus terang sulit bagi mereka untuk menemukan satu sama lain untuk kawin dan berkembang biak dengan sukses." kata Cathy kepada BBC.
Upaya terakhir pengembangbiakan yaitu untuk menyatukan badak jantan dan betina, yang merupakan hewan soliter untuk bereproduksi. Para ahli percaya bahwa sedikitnya 20 ekor Badak yang bereproduksi akan cukup untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan.
"Ada beberapa hewan di penangkaran di cagar badak Sumatera, dan kami berusaha membuat mereka berkembang biak secepat mungkin," sebut Cathy.
Setelah puluhan tahun terancam oleh penggundulan hutan dan perburuan liar, kini diperkirakan hanya ada 30 hingga 100 badak sumatera yang tersisa di alam liar dan sebagian besar di pulau Sumatra, Indonesia.
Kini yang tersisa tinggal seekor badak betina bernama Iman yang menjadi satu-satunya anggota spesies yang tersisa di Malaysia.