Sleman, Gatra.com - Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada sepakat bekerjasama dengan Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) dan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia memetakan aneka ragam hayati di Indonesia.
"Kami bersepakat menginisiasi pembentukan komite Indeks Biodiversity Indonesia yang bertugas menghimpun data keanekaragaman hayati," jelas Dekan Fakultas Biologi UGM Budi Daryono usai penandatangan kesepakatan di kampus Fakultas Biologi UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (29/5).
Peta keragaman hayati Indonesia ini akan menjadi pedoman dalam menyusun kebijakan pembangunan keberlanjutan di bidang konservasi kekayaan hayati.
Budi menambahkan, sebagai negara yang memiliki keunikan dan kekayaan alam atau megabiodiversity, Indonesia terkendala dalam mengelola aset keanekaragaman hayati.
"Di saat bersamaan, keragaman hayati negeri ini sedang mengalami status penurunan karena dua faktor dominan," ujarnya.
Kedua faktor tersebut yaitu meningkatnya pertumbuhan penduduk secara tak terkendali juga perdagangan tumbuhan dan satwa liar.
Untuk menjawab masalah ini, Budi mengatakan perlu pendekatan pengukuran indeks keanekaragaman hayati. Indeks ini disusun berdasarkan indikator pengukuran secara konsisten.
"Indeks Biodiversity Indonesia (IBI) diharapkan bisa menjadi alat ukur yang menggambarkan status keanekaragaman hayati dengan target tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.
Dalam pengukuran keragaman hayati ini, tim menggunakan metode yang dikembangkan living planet index. Indeks ini telah digunakan sebagai alat ukur keanekaragaman hayati secara global.
CEO Yayasan WWF Indonesia Rizal Malik menerangkan, sejak 1970-2014 jumlah keanekaragaman hayati Indonesia menurun sangat signifikan. Menurutnya, kondisi itu belum menjadi perhatian media, pemerintah, dan lembaga internasional.
"Penurunan keanekaragaman hayati sebenarnya tidak hanya di Indonesia, melainkan terjadi secara global. Baru-baru ini dilaporkan terjadi kepunahan satu juta spesies di seluruh dunia," lanjutnya.
Kebanyakan tren penurunan populasi terjadi pada kelompok ikan, amfibi, mamalia, dan burung. Di beberapa wilayah, sejumlah spesies bahkan terancam punah. "Spesies gajah di daerah tertentu sudah punah," ujarnya.
IBI akan menjadi dasar pengambilan keputusan dalam mengelola keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan. Upaya ini didukung oleh kebijakan perlindungan spesies langka dan terancam punah.
"Biodiversitas adalah aset negara sehingga perlu dikelola dan dipelihara dengan baik," katanya.