Port Moresby, Gatra.com - Perdana menteri Papua Nugini, Peter O'Neill secara resmi mengundurkan diri pada Rabu (29/5) setelah harus kehilangan dukungan dari perlemen akibat kekacauan politik yang terjadi berminggu-minggu di Kepualauan Pasifik Selatan.
Pidato pengumumannya di hadapan parlemen di Port Moresby sendiri mendapatkan tepuk tangan yang riuh. Pengajuan resmi mundur itu disampaikan kepada Gubernur Jenderal, Bob Dadae pada Rabu pagi. Pengunduran dirinya memicu mosi oposisi yang tidak percaya diri. Setelah pengumuman tersebut, parlemen ditangguhkan untuk sementara dan akan berkumpul kembali pada Kamis (30/5) untuk memilih pengganti O’Neill.
Selain itu, belum jelas apakah pemerintahan O’Neill masih bisa bertahan. Menurut Paul Barker, Direktur Eksekutif pada Institut Nasional, sebuah think tank yang berbasis di Port Moresby, segala kemungkinan saat ini menjadi terbuka lebar. "Ini akan menjadi 20 jam yang sangat menarik sampai kita melihat apa hasilnya," kata Barker seperti dilansir dari Reuters.
Baca Juga: Australia-Cina Berebut Pengaruh di Kepulauan Pasifik
Sementara itu, para analis mengatakan pergolakan politik ini bisa menunda beberapa proyek sumber daya perususahaan energi besar yang terlibat dalam PNG, termasuk Total SA dan ExxonMobil Corp, mengawasi dengan seksama.
Ketidak stabilan politik sendiri bukan hal baru dalam negara yang notabenenya mempunyai kekayaan sumber daya melimpah namun masyarakatnya masih terjerat dalam lingkaran kemiskinan itu. Namun, ada kekhawatiran yang berkembang atas tata kelola dan manfaat sumber daya yang tidak terjangkau kaum miskin mendorong upaya-upaya terbaru untuk menjatuhkan O’Neill.
Dalam pengunduran dirinya, O’Neill pun disambut suka oleh para pendukungnya dengan memberikan pelukan dan jabatan tangan baik oleh pendukungnya maupun oleh oposisi setelah bepidato di parlemen.
Baca Juga: PM Papua Nugini Serahkan Kursi Jabatannya kepada Oposisi
"Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk melayani negara ini dan memimpin negara ini hampir selama delapan tahun. Sayangnya politik di Papua Nugini bermain seperti ini. Untuk kepentingan stabilitas politik yang sedang berlangsung dan untuk memastikan bahwa kami menciptakan kepercayaan dalam komunitas bisnis dan ekonomi, sehingga kami dapat terus memiliki kesatuan sosial di negara ini, penting agar saya mengosongkan kursi ini sehingga kita untuk melanjutkan kemajuan," O'Neill mengatakan kepada parlemen.
Pemimpin oposisi, Patrick Pruiatch menjadi kandidat utama yang diprediksi akan menggantikan posisi O’Neill. Meskipun politisi akan mendiskusikan lebih lanjut di hotel Port Moresby untuk menegosiasikan langkah selanjutnya dan sejumlah pesaing dapat muncul