Jakarta, Gatra.com - Para pelaku radikalisme dan terorisme berasal dari kelompok yang frustasi dan tidak optimis akan masa depan. Hal ini dikemukakan oleh Plt Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Hariyono.
Hariyono mengatakan masyarakat lebih mudah mengambil jalan pintas saat sedang frustasi.
"Nah ini yang ingin kita perhatikan. Bagaimana problem dan kesusahan mereka tidak hanya didekati dengan pendekatan individual, tapi juga pendekatan struktural," ujarnya di Jakarta Pusat, Selasa (28/5).
Pendekatan struktural menurut Hariyono, yaitu berbagai kebijakan negara yang memberikan ruang kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat memiliki ruang untuk berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, manipulasi pemahaman agama oleh penganut paham radikalisme dan terorisme sangat mengkhawatirkan. Ajakan mengatasnamakan jihad banyak dilakukan. Hal tersebut membuat masyarakat terpengaruh.
"Kita harus sadar, surga memang ada di akhirat, tapi penentu dan pemegang hak prerogatif masuk surga itu Tuhan, bukan orang lain," jelasnya.
Menurutnya, penalaran seperti itu harus diterapkan guna mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme. Sesuai poin pertama pancasila.
"Pertanyaan sederhana, siapa pun apakah itu tokoh agama atau bukan. Ketika bicara dengan penuh kebencian, kemarahan, dia sebenarnya dekat dengan tuhan atau dekat dengan siapa?" ucapnya.