Jakarta, Gatra.com - Belakangan ini Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan jadi sorotan publik. Berbagai komentarnya seputar kejadiaan sebelum dan setelah aksi 22 Mei 2019, yang dianggap kurang pas, memicu reaksi warga pegiat internet atau yang lazim disebut netizen.
Jauh sebelum 22 Mei, bahkan ada petisi yang meminta tanda tangan masyarakat yang mendorong agar Anies diberhentikan dari jabatan Gubernur DKI Jakarta. 'Copot Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta' begitu judul petisi itu diunggakh di laman change.org. Hingga saat ini, Senin (27/5), ada 136.370 petisi online yang telah ditandatangani netizen. Menurut Anies sendiri, petisi ini sudah ada sejak 2 bulan lalu.
Meskipun kecaman yang menyerukan dirinya untuk mundur dari jabatannya sebagai gubernur itu sudah diketahuinya sejak lama, namun Anies tidak mempersoalkannya. Alih - alih berkomentar, eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu justru menanggapinya dengan santai.
Baca juga: Dikabarkan Akan Ada Aksi Lagi, Anies Baswedan: Kita Semua Harus Sama-Sama Mencegah
Dengan nada suara khasnya yang rendah, Anies mengatakan bahwa petisi seperti itu merupakan hal yang biasa. Sebab, menurutnya, setiap warga negara berhak untuk mengemukakan pendapatnya.
"Kalau berada di ranah publik harus mau dikritik, bahkan dicacimakipun harus biasa-biasa saja. Ya inilah wilayah publik," kata Anies saat ditanya wartawan mengenai petisi tersebut, Ahad (26/5).
Menurut Anies, setiap pejabat publik memang seharusnya siap jadi bulan-bulanan publik untuk melontarkan keluh kesah dan makian. Ada satu prinsip yang dipegang Anies sejak tahun 2013. "Dicaci tidak tumbang, dipuji tidak terbang," ungkapnya.
Prinsip tersebut sepertinya memang diembannya dengan baik. Saat kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei lalu, ketika netizen kembali mengkritiknya, dia menghadapi kritik itu dengan santai.
Waktu itu (22/5), Anies melakukan takziah dengan mengunjungi rumah korban yang tewas akibat kerusuhan yang terjadi. Tak hanya itu, dia juga sempat menggotong keranda yang berisikan korban tewas tersebut. Melihat Gubernur DKI itu melakukan hal tersebut, netizen pun berkomentar.
"Kenapa angkat keranda mulu sih yg dipublikasikan??? Biar apa coba???," kata Ligwina Hananto (@mrshananto) dalam cuitannya di twitter, Rabu (22/5).
Baca juga: Pemprov DKI Tanggung Biaya Pengobatan dan Pemakaman Korban Kerusuhan 21-22 Mei
Masih dengan gayanya yang santai, Anies mengatakan bahwa hal yang dilakukannya itu merupakan bagian dari prinsip kemanusiaan. "Justru ketika ada warga Jakarta yang meninggal Gubernur nya nggak diam saja, justru memberikan perhatian dan ini dalam rangka membuat suasana menjadi lebih kondusif, kata Anies saat ditemui di Balai Kota, Jumat (24/5).
Menengok kembali saat aksi 22 Mei yang berujung menjadi kerusuhan itu terjadi, Anies memang cukup sering tampil di hadapan publik dengan beberapa kegiatan yang bisa membentuk citranya sebagai Gubernur DKI.
Selain memanggul keranda korban tewas, dia juga beberapa kali sempat terlihat menyambangi lokasi terjadinya kerusuhan.
Bahkan, setelah peristiwa tersebut berakhir pun, Anies masih tampil di hadapan publik, mencoba menjadi sosok Gubernur yang baik dengan membantu petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) membersihkan jalan yang kotor dan berantakan akibat kerusuhan.
Padahal, selain melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, ada hal lainnya yang bisa dia lakukan untuk mencegah kerusuhan semakin parah. Namun, daripada mengingatkan warga DKI untuk waspada, Anies justru kekeuh mengimbau warga untuk tetap beraktivitas normal.
"Kami mengimbau kepada seluruh warga Jakarta untuk berkegiatan normal, di Jalan Thamrin kemudian Tanah Abang, Petamburan tadi malam sempat ada kejadian, tapi kalau yang lain baik-baik saja, jadi berkegiatan saja seperti biasa. Sekolah ya sekolah, yang kerja ya kerja," kata Anies, Rabu (22/5).
Baca juga: TGUPP Jadi Pengacara Prabowo-Sandi, Anies: Mereka Berhak Tentukan Pilihan Politiknya
Pernyataan tersebut kemudian menuai pertanyaan di mata publik. Tak sedikit orang yang mempertanyakan kenapa Gubernur DKI ini tidak mengimbau warga untuk waspada. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, Anies malah melemparkan pertanyaan itu kepada media. "Media melakukan itu tidak?," katanya.
Meskipun begitu, pada akhirnya dia pun mengatakan bahwa Jakarta merupakan kota terbuka yang tidak mungkin membatasi aktivitas setiap orang. "Jakarta itu bukan wilayah tersendiri, Jakarta adalah Ibu Kota, karena itu kita memastikan semua kegiatan yang dilakukan di Ibu Kota ini tetap berjalan dengan aman, baik, tentram," ujarnya.