London, Gatra.com - Organisasi kesehatan dunia WHO mengakui bahwa kecanduan bermain video game merupakan salah satu gangguan kesehatan mental. Dalam Klasisfikasi Penyakit Internasional (ICD) WHO, dalam rujukan buku terkait penyakit yang bisa didiagnosis, menggambarkan kecanduan game merupakan “Pola perilaku yang terjadi terus menerus” yang begitu luas sehingga penderita lebih “mengutamakan game dibanding kehidupan lainnya”.
Ahli kesehatan mental WHO, Shekhar Saxena mengatakan beberapa temuan kasus terburuk dari para pecandu game dalam penelitian global adalah perilaku bermain game tidak berhenti hingga 20 jam sehari. Mereka tidak tidur, tidak makan, bekerja, sekolah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Seperti dilansir dalam NBC News, Saxena menjelaskan bahwa hanya sebgaian kecil penggemar game di dunia yang terdeteksi memiliki masalah kecanduan tersebut. Namun demikian, Saxena mengatakan akan lebih baik jika orang-orang terdekat telah mengetahui tanda-tanda kecil yang mempu membantu pencegahan secara dini.
“Ini adalah perilaku yang sifatnya sementara. Biasanya perilaku seperti ini hanya berlangsung dalam waktu sekitar satu tahun baru diagnosis dapat dibuat,” kata Saxena, Senin (27/5).
Menanggapi pernyataan WHO yang mengatakan bahwa ada permasalahan kesehatan mental dalam kecanduan video game, kelompok industri yang bergerak di bidang video game mangatakan produk-produk mereka dapat “dinikmati dengan aman dan secara masuk akal oleh lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia” di berbagai jenis genre, perangkat, dan platform.
Mereka menambahkan, bahwa "nilai edukasional, terapeutik, dan rekreasi" dari permainan itu beralasan dan diakui secara luas dan mendesak WHO untuk mempertimbangkan kembali.pernyataannya.
ICD yang telah diperbarui selama 10 tahun terakhir, mencakup 55.000 cedera, penyakit, dan penyebab kematian. Ini membentuk dasar bagi WHO dan para ahli lainnya untuk melihat dan merespons tren kesehatan. ICD juga digunakan oleh perusahaan asuransi kesehatan yang penggantiannya bergantung pada klasifikasi ICD.
“Hal ini memungkinkan kita untuk memahami banyak hal tentang apa yang membuat orang sakit dan meninggal, serta mengambil tindakan untuk mencegah penderitaan dan menyelamatkan hidup," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.