Batola, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan pihaknya menggunakan strategi Brigade Alat Mesin Pertanian (Alsintan) agar pengoprasian Alsintan lebih efektif dan efisien dalam menggarap lahan rawa seperti di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Amran dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com di Jakarta, Minggu (26/5), disampaikan, strategi Brigade Alsintan ini agar bantuan excavator yang diberikan Kementerian Pertanian (Kementan) dapat mengoptimalkan lahan rawa di Batola.
Menurutnya, penggunan? Excavator? harus digunakan oleh kelompok seperti brigade. Hanya dengan cara ini penggunaan excavator dapat lebih maksimal dengan biaya yang lebih hemat.
Amran menjelaskan, ada 5 hingga 6 excavator yang mengerjakan satu lokasi sekaligus. Dengan bergerak dalam tim, pengawasannya akan mudah dan murah. Sementara jika bekerja sendiri-sendiri, biayanya akan mahal karena butuh pengawas yang banyak.
"Mau yang mudah dan murah atau yang susah dan mahal? Tolong ikuti prosedur. Satu lokasi kerjakan dengan 5 eksavator sekaligus, sehinggga cepat bergeraknya. Beda kalau 1 lokasi hanya 1 mesin. Beda spiritnya. Dalam 1 brigade lebih cepat," katanya.
Amran menyampaikan hal tersebut saat mengikuti perkembangan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Batola, Provinsi Kalsel, Sabtu (25/5).
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Batola menjelaskan, di Desa Kokida, Kecamatan Barambai yang menjadi lokasi penjelasan Mentan, cara ini sudah dilakukan. Pola Brigade memang sejak awal menjadi Amran, agar pengerjaan lahan sawah rawa lebih optimal.
Kalsel Akan Jadi Tumpuan Pangan Nasional
Dengan optimasi lahan sawah rawa, Mentan optimistis Kalsel akan menjadi salah satu tumpuan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
"Delapan ribu manusia lahir per hari di Indonesia. Begitu lahir masih minum ASI. Ibunya harus makan agar bisa minum ASI. Saat ini mulai tumbuh, dapatkan lagi kebutuhan," kata Amran.
Untuk merealisasikan optimisme, Kalsel menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah yang menurunkan penggali yang nilainya bisa mencapai Rp3 miliar per unit. Excavator digunakan untuk persiapan irigasi. Inpari 2 yang cocok untuk lahan rawa, bisa optimal meningkatkan produktivitas panen padi.
"Dulu produksi hanya 2-3 ton per hektare per tahun. Bagaimana bisa sejahtera? Sekarang kita punya varietas baru bernama Inpara 2, bisa maksimal 6 ton per ha. Bisa enggak?" katakanlah Amran pada seorang petani yang ditemuinya di program posko Serasi Desa Kokida.
Tantangan Amran Terang semangat petani, yang kompak menyanggupi. "Itu baru sekali, jika bisa tanam 3 kali lipat, berapa kali lipat pendapatan Petanian meningkat?" kata Amran yang segera disambut petani yang antusias.
Program Serasi Berbasis Riset dan Teknologi
Mentan Amran mengingatkan, Program Serasi dirintis bertahap sejak dua tahun lalu diawali dengan melakukan penelitian dan penelitian terkait terkait di lahan rawa. Benih yang ditanam awalnya tidak cocok sampai ditemukan Inpara 2. Dengan kondisi Ph yang rendah, varietas benih ini dapat menyesuaikan produksi hingga 6 ton.
Upaya sungguh-sungguh ini dilakukan, mengingat potensi lahan rawa yang begitu besar. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan di Kalsel potensi lahan rawa ada sekitar 257.300 ha.
Dari jumlah tersebut, lanjut Amran, yang sudah ada CP / CL (Calon Petani / Calon Lahan) seluas 160,481 ha. Sudah disurvei seluas 43.188 hektare dan sudah dirancang seluas 38.121 hektare. Sementara itu dalam proses pekerjaan fisik kontruksi seluas 2,143 hektare. Potensi ini kemudian dioptimalkan dengan mentransformasi pertanian tradisional menjadi mekanisasi.
Setelah mendengarkan penjelasan mengenai penerbitan lahan pada saat Hari Pangan Nasional (HPS) ke-38 di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Batola, Kalsel akhir 2018 yang lalu, Perwakilan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Indonesia, Stephen Rudgard mempertanyakan saat melakukan terobosan baru dalam pembuatan kantong penyangga makanan nasional.
Menurutnya, pemanfaatan lahan rawa menjadi solusi pemanfaatan pangan dan masa depan pertanian Indonesia. Peningkatan jumlah populasi, peningkatan urbanisasi, dan perubahan permintaan konsumen.
"Kami sangat senang dengan Kementerian Pertanian menyetujui penerapan praktik pertanian yang baik terkait penerapan model FAO untuk intensifikasi produksi pangan yang didukung," ujar Stephen kala itu.