Home Ekonomi HKTI Minta Gubernur Jambi Pikirkan Nasib Petani

HKTI Minta Gubernur Jambi Pikirkan Nasib Petani

Jambi, Gatra.com - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, Usman Ermulan mendorong Pemerintah Provinsi Jambi untuk mengangkat level harga Tandan Buah Segar (TBS) petani Jambi.

Meski dalam minggu ini harga TBS naik menjadi Rp1.317,19 per kilogram dibandingkan periode pekan lalu Rp1.311,01 per kilogram dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS). Artinya hanya naik sebesar Rp6,18 per kilogram.

"Saya belum melihat adanya program Pemda Jambi yang begitu jelas, untuk mengangkat harga TBS petani sawit Jambi. Sekarang petani menunggu upaya pemda terutama dalam menghadapi lebaran Idul Fitri ini dan ke depannya," kata Usman, Minggu (26/5).

Usman menganggap para petani berharap pemerintah mempunyai konsep mengangkat harga level tersebut dari petani Jambi. Dengan begitu, petani bisa mendapatkan keuntungan dan menyisihkan pendapatannya untuk kebutuhan selama lebaran dan ke depannya. Kemudian daya beli masyarakat bisa meningkat dan pasar pun semakin bergairah.

"Pemerintah diharapkan memikirkan cara mengoptimalkan minyak sawit mentah yang bersumber dari daerah itu menjadi bio solar sebagai upaya mendukung energi baru seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan melalui perusahaan BUMD-nya," ujar Usman.

Ini juga, kata Usman, sebagai bentuk dukungan tentang energi baru dan terbarukan untuk perubahan iklim di mana pada tahun 2025 di Indonesia untuk penggunaan energi baru terbarukan dari konsumsi energi fosil.

"Sehingga ada nilai tambah bagi petani. Ke depannya diharapkan Gubernur Jambi Fachrori Umar sedikit memikirkan petani, juga mengundang investor untuk mengembangkan dalam skala yang besar sekaligus mendirikan industri pengolahan. Dengan demikian juga sebagai bahan industri untuk mendukung ekonomi masyarakat. Kami menilai belum ada peningkatan terhadap petani di masa kepemimpinan Gubernur sekarang," kata Usman

Usman juga menyoroti kinerja Tim Dinas Perkebunan Provinsi Jambi setiap hari kamis selalu menggelar rapat soal penentuan harga, yang didasari dari harga penjualan CPO dari pabrik pengolahan TBS kepada pembeli.

"Lalu direkap harga rata-ratanya. Keputusan itu setiap minggu selalu seperti itu saja, dan tidak ada solusi lain yang bisa dikembangkan karena harga TBS Jambi lebih rendah dari Riau dan Sumsel," kata Usman, yang juga mantan Bupati Tanjung Jabung Barat.

Selain itu, mantan Anggota DPR RI Komisi Keuangan ini menyebutkan, negara juga dapat menghemat devisa yang selama ini digunakan untuk impor BBM. Dimana neraca ekspor dan impor bulan April 2019 menunjukkan defisit yang cukup tinggi sebesar 2,5 miliar dolar AS. Padahal, di bulan sebelumnya, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 0,7 miliar dolar AS. Data menunjukkan bahwa pada bulan ini permintaan ekspor merosot.

Defisit bulan April juga disebabkan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas dari 0,4 miliar dolar AS pada bulan lalu menjadi 1,5 miliar dolar AS pada April 2019. Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas juga menurun, dari surplus 1,1 miliar dolar AS menjadi 1 miliar dolar AS.

"Selama bulan April lalu neraca perdagangan mengalami defisit melebihi 2,5 miliar dolar AS. Keseimbangan ini perlu terus terjaga, kecuali untuk memasukkan kebutuhan barang padat modal yang tidak dapat diproduksi dalam negeri," kata Usman.

"Harus ada upaya terus menerus untuk menekan impor demi terselamatkannya neraca perdagangan Indonesia sehingga dapat memperkuat cadangan devisa pemerintah RI. Daripada digunakan hanya untuk kebutuhan barang-barang yang tidak padat modal. Dengan masuknya barang padat modal, tentu akan membuka lapangan kerja baru bagi tenaga kerja kita di Indonesia, dan jelas dapat mengurangi jumlah pengangguran," ucap Usman.

787