Jakarta, Gatra.com - Polisi sempat menyatakan massa tanpa identitas berkumpul di Masjid Sunda Kelapa, sebelum akhirnya membuat kerusuhan di Petamburan pada 21 Mei lalu. Pernyataan ini dibantah oleh pengurus masjid.
Sekretaris Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa, Ismed Hasan Putro mengaku sering mendapatkan laporan seperti itu setelah aksi kerusuhan terjadi. Namun dengan tegas, ia membantah Masjid Sunda Kelapa menjadi tempat berkumpulnya para perusuh di aksi massa.
"Insya Allah saya tegaskan tidak ada kaitannya, pengurus masjid mengelola milik Pemda DKI Jakarta. Ini masjid pemerintah," terang Ismed di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/5).
Ismed menambahkan, para pengurus dipilih dan diresmikan oleh Wali Kota Jakarta Pusat setelah mendapat persetujuan dari Gubernur DKI Jakarta. Atas dasar itu, ia menyebut tak mungkin pihak pengurus membiarkan hal-hal yang mengganggu kestabilan pemerintah terjadi di lingkungan masjid.
"Pengurus masjid fungsinya sebagai pelayan umat, karena di sini rumah Allah. Siapa pun harus dilayani," kata Ismed.
Ismed mengakui, memang Masjid Sunda Kelapa kerap menjadi titik kumpul aksi akbar sebelumnya, seperti Aksi Bela Islam 212 dan 411. Pasalnya, lokasi masjid dianggap strategis dari titik aksi. Bila tak menjadi basis massa berkumpul, masjid tetap ramai lantaran diisi beragam kegiatan, terlebih saat bulan Ramadan ini.
"Rasanya sulit bagi siapa pun untuk tahu apa motif dari masing-masing jemaah ada di sini. Karena malam itu itikaf, konsentrasi ibadah. Dari daerah untuk transit itu di luar kewenangan kami, kami tak terlibat 01 dan 02," tegas Ismed.
Ia juga menyatakan Masjid Sunda Kelapa bukan milik organisasi massa (ormas) tertentu. Masjid tersebut justru kerap menjadi rujukan banyak pihak untuk beribadah.
Bertolak dari alasan tersebut, Ismed berharap polisi bisa mengklarifikasi pernyataan yang mengaitkan Masjid Sunda Kelapa dengan kerusuhan 21 Mei, terlebih ada rumor rekaman rapat menyusun strategi di lokasi.
"Kami tidak punya kaitan langsung terkait aksi-aksi jemaah dalam kegiatan 21 Mei. Kami perlu mendapat klarifikasi komprehensif dari polisi terkait penyebutan masjid ini dalam aksi 21 Mei. Kami belum ada gambaran utuh bagaimana kami dikaitan dengan aksi itu," tukas Ismed.