Bandung, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementa) terus mendorong penerapan sistem budidaya tumpang sari antara bawang merah dan bawang putih seperti yang dilakukan petani di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi di Jakarta, Jumat (25/5), menyampaikan, bahwa pihaknya telah meninjau budidaya tumpan sari bawang merah dan bawang putih di Desa Pakarmanik pada Kamis (23/5).
?Sistem tumpang sari, lanjut Suwandi, untuk memacu produksi bawang merah dan bawang putih guna mencukupi kebutuhan dalam negeri secara mandiri, bahkan produksi bawang merah terus mengisi pasar ekspor dan ke depan impor bawang putih dapat ditiadakan.
"Saat ini di daerah ini ditanami bawang merah dan bawang putih ditanam dengan sistem tumpang sari seluas 500 hektare. Potensinya ada 1.000 hektare, sehingga masih ada 500 hektare lagi yang siap untuk ditanami lagi," katanya.
Suwandi menjelaskan pengembangan budidaya dengan sistem tumpang sari ini merupakan salah satu upaya peningkatan ketersediaan bawang merah dan bawang putih untuk mencukupi secara mandiri kebutuhan dalam negeri. Sistem tumpang sari di lokasi ini benar-benar memberikan keuntungan yang cukup tinggi, bisa 3 kali tanam bawang merah dan 2 kali bawang putih dalam setahun.
"Produksi bawang merah jenis batu hijau ini per hektarenya mencapai 12 ton, harga Rp18.000 dan biaya Rp12.000 per kg. Bisa untung Rp6.000 per kilogram atau untung Rp72 juta per hektare. Dalam kondisi normal penghasilannya cukup tinggi," katanya.
Ujang, petani muda yang membudidayakan bawang merah dan bawang putih dengan sistem sari menerangkan budidaya tumpang sari yang dilakukannya yakni dengan menanam bawang merah dan bawang putih di satu lubang atau berdekatan, jarak tanam 5 kali 15 cm. Dengan cuaca saat ini, produksi bawang merah mencapai 12 ton per hektare, dengan umur panennya 70 hari. Biayanya mencapai Rp70-80 juta per hektare dan harga jualnya ke Toko Tani Indonesia Rp18 ribu per kg.
"Kami selalu jual di Toko Tani Indonesia (TTI), harganya tidak pernah turun, kami selalu dapat harga yang menguntungkan. Bulan kemarin baru saja kami bawa untuk Bazar di Bogor sebanyak 6 ton. Kalau pasok ke Toko Tani Indonesia Center (TTIC) yang di Jakarta dari pertengahan April hingga saat ini hampir 45 ton," ujarnya.
Untuk bawang putih, sambung Ujang, produksinya mencapai 16 ton per hektare. Bawang putihnya varietas Sembalun. Lahan di Cimenyan ini sangat subur sehingga dengan sistem tumpang sari bisa ditanami intensif bawang merah 3 kali setahun dan bawang putih 2 kali setahun.
"Kami menggunakan pupuk organik dan untuk mengurangi biaya produksi, sebagian menggunakan pestisida nabati," ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Uung Gumilar mengatakan potensi pengembangan bawang merah dan bawang putih sangat luas. Selain Cimenyan, lokasi lain yang dikembangkan bawang putih yakni Arjasari, Pangalengan, Pacet, Paseh, Ciwidei, Kartasari, dan Tanjungwangi.
"Kami optimis kebutuhan bawang merah apalagi bawang putih dengan program Kementerian Pertanian saat ini, bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Para importir sudah banyak bekerja sama untuk bersama petani menanam bawang putih," katanya.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana menuturkan pemerintah Kabupaten Bandung mendorong penuh upaya pemerintah pusat agar swasembada bawang putih terwujud. Untuk budidaya bawang merah, di Kabupaten Bandung ini sudah banyak yang ditanami dan petaninya pun sudah terbiasa menanam.
"Sedangkan untuk pengembangan bawang putih dalam proses pemetaan lahan yang cocok ditanami. Tapi kami optimis di Kabupaten Bandung ini tersedia cukup luas lahan yang cocok untuk bawang putih," ungkapnya.