Lombok Barat, Gatra.com - Keberhasilan penanganan mengurangi jumlah anak bertubuh pendek (stunting) di Lombok Barat dipelajari tiga negara yakni Maroko, Kabodja dan Timor Leste.
Bank Dunia (Word Bank) bersama perwakilan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) datang ke Lombok Barat pada Kamis (23/5).
“Kedatangan delegasi dari enam ngara tersebut dimaksudkan untuk mempelajari proses penanganan stunting.Kabupaten Lombok Barat menjadi yang pertama secara progres mampu menurunkan angka kasus stunting secara signifikan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Rachman Sahnan Putra kepada Gatra.com di Lombok Barat, Jumat (24/5).
Rachman menambahkan, pemerintah pusat telah menetapkan Kabupaten Lombok Barat bersama tiga daerah lain di Indonesia sebagai daerah percontohan penanganan kasus stunting pada 2017.
Ia menjelaskan, stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir, yang biasanya tampak setelah anak berusia dua tahun.
Menurut Rachman, pemerintah pusat menilai program terobosan dan komitmen dari para Bupati Lombok Barat juga sangat baik dalam hal penanganan stunting.
Rachman memaparkan data, jika angka kasus stunting di Lombok Barat pada 2007 mencapai 49 persen.
Dinas Kesehatan kemudian terus berinovasi menurunkan angka tersebut melalui sensus terhadap seluruh bayi di bawah lima tahun (balita) di Lombok Barat, inovasi Gerakan Masyarakat Sadar Gizi (Gemadazi), Gerakan Masyarakat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan upaya penguatan sistem melalui e-Puskesmas, e-Pustu, e-Poskesdes dan e-Posyandu.
“Dengan dukungan bupati serta keterlibatan lintas sektor, angka kasus stunting dapat turun menjadi 32 persen pada 2016. Data terakhir menunjukkan, pada Februari 2019, angka kasus stunting di Lombok Barat dapat ditekan menjadi 25,04 persen,” katanya.
Rachman menjelaskan, angka tersebut kini di bawah rata-rata nasional. Pemkab Lombok Barat melalui Dinas Kesehatan menargetkan mampu menurunkan angka stunting menjadi 15 persen pada 2020 sehingga target Lombok Barat Bebas Stunting pada 2024 dapat tercapai.
Rachman berharap, dalam upaya penurunan stunting agar koordinasi lintas program dan lintas sektor semakin kuat dan efektif sehingga percepatan penurunan angka stunting di Lombok Barat semakin cepat.
“Hanya satu-satunya cara, yaitu dengan menitik pusatkan seluruh program di Kabupaten Lombok Barat,” ujarnya.