Jepang, Gatra.com – Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono mengatakan bahwa Jepang ingin mengembalikan lagi aturan penulisan nama mereka dalam media internasional. Itu karena bagi masyarakat Jepang, nama adalah segala-galanya, karena pada nama mereka, identitas keluarga juga tercantum di sana.
“Saya berencana untuk meminta organisasi media internasional untuk melakukan ini (mengubah aturan penulisan nama Jepang). Media domestik yang memiliki layanan Bahasa Inggris juga harus mempertimbangkannya,” kata Kono, dikutip dari BBC News, Rabu (22/5).
Seperti halnya penulisan nama di Korea dan Cina, nama warga Jepang seharusnya ditulis nama keluarganya terlebih dulu. Sebagai contoh, Presiden Cina Xi Jinping dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, nama Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe harusnya ditulis menjadi Abe Shinzo.
Penulisan nama warga Jepang telah berubah sejak abad ke-19 atau pada Era Meiji, sebagai bagian dari upaya globalisasi. Hingga akhirnya, kini aturan itu menjadi standar penulisan nama.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan identitas negara Jepang, pada Era Reiwa ini pemerintah ingin mengubah aturan itu, bukan hanya untuk beberapa tahun ke depan saja. Tapi juga untuk selamanya.
Sebenarnya, permintaan ini telah diungkapkan oleh badan penasehat resmi Dewan Bahasa Jepang sejak Desember 2000. Pada saat itu, mereka meminta media domestik, penerbit dan universitas untuk mengganti urutan nama keluarga dan nama depan.
Meski begitu, untuk mengubah aturan penulisan nama tidaklah mudah. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai keputusan itu.
“Ada banyak faktor yang harus kita pertimbangkan, termasuk salah satunya adalah konveksi,” ujar juru bicara pemerintahan, Yoshihide Suga.