
Washington D.C., Gatra.com - Sebuah laporan baru mengatakan ribuan wanita dan gadis Korea Utara diselundupkan untuk menikah dan menjadi korban perbudakan sosial di Cina. Investigasi yang dilakukan oleh lembaga non-profit asal London, Korea Future Initiative (KFI) ini melakukan wawancara dengan 45 penyintas dan korban kekerasan seksual asal Korea Utara.
KFI mengklaim bahwa meskipun para pengungsi Korea Utara telah lama rentan terhadap perdagangan manusia karena situasi yang mengerikan di Tanah Air mereka, masalahnya telah menjadi lebih buruk dalam beberapa tahun terakhir karena ada keinginan besar untuk prostitusi di Cina. Dikabarkan bisnis ilegal ini menerapkan harga yang murah, yaitu hanya US$4 untuk layanan prostitusi dan US$146 untuk menjadi istri.
"Saya ditipu oleh seorang broker dan dijual untuk melakukan pernikahan hanya dengan biaya 5.000 Yuan. Saya kemudian menghabiskan enam tahun sebagai budak seks," ucap seorang penyintas, Park Jihyun, seperti dilansir dari Time, Rabu (22/5).
Baca Juga: Umat Muslim Ambon Minta Lokalisasi Tanjung Batu Merah Ditutup
Laporan KFI ini memperkirakan bahwa ada sekitar 20.000 warga Korea Utara yang melarikan diri ke daratan Cina, sebagian besar perempuan. KFI menyebut bahwa 60% pengungsi Korea Utara di Cina diperdagangkan ke dalam perdagangan seks. Sebanyak 50% dari mereka dipaksa menjadi pelacur, 30% menikah, dan 15% ke bentuk seks siber.
Laporan ini juga menemukan bahwa perdagangan seks siber semakin diminati. KFI menemukan bahwa gadis-gadis semuda sembilan tahun dipaksa untuk melakukan aksi seks di depan webcam live-streaming ke pelanggan yang membayar.