Jakarta, Gatra.com - Pengamat Media Sosial, Enda Nasution menyisinyalir, kerusuhan massa yang terjadi di beberapa titik di Jakarta pada Rabu, (22/5) dini hari hingga pagi tadi, sebagian besar dipengaruhi oleh ajakan yang tersebar masif di WhatsApp dan media sosial lainnya. Ajakan-ajakan tersebut bersifat provokatif dan bisa berpengaruh terhadap psikologi pembacanya.
Enda menyebutkan, arus informasi provokatif tersebut masif beredar setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil final rekapitulasi Pilpres. Biasanya pesan yang mereka dapat adalah pesan WA gelap yang artinya tidak dikirimkan dari daftar kontak ponsel yang mereka miliki.
“Pesan itu justru biasanya bukan dari teman kita. Itu ajakannya lebih provokatif dan berbahaya lagi, karena isinya berupa ajakan melakukan jihad dan mengorbankan diri untuk menyerang aparat kepolisian. Mereka mengatakan juga bahwa sudah bersedia mati syahid,” ujar Enda.
Yang perlu dikhawatirkan menurutnya adalah adanya situasi yang akan semakin memanas kedepannya. Hal ini dikarenakan banyak tersebarnya informasi dalam bentuk pernyataan teks, foto, maupun video terkait korban yang berjatuhan dari semalam.
“Hal ini kemudian membuat sebagian orang terpancing untuk turun ke jalan sehingga terjadi eskalasi situasi dan semakin memanas. Itu sebenarnya yang tidak kita harapkan,” imbuhnya.
Namun disisi lain, ada juga beberapa pihak yang berusaha mendinginkan suasana melalui media sosial. Dia mengimbau untuk tetap bijaksana dalam menggunakan media sosial disaat terjadi gejolak politik dan sosial seperti saat ini.
“Salah satunya kita mencoba memposting informasi-informasi yang sifatnya menenangkan, tidak membuat keadaan mencekam, tetapi juga tetap waspada dan berhati-hati. Terutama jangan ikut menyebarkan informasi yang kita terima namun tidak yakin kebenarannya,” demikian Enda.