Gunungkidul, Gatra.com - Dua ekor elang jenis ular bido dan alap jambul dilepasliarkan di Stasiun Flora Fauna, Taman Hutan Rakyat (Tahura) Bunder, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu (22/5).
Agenda ini untuk memeriahkan Hari Keanekaragaman Hayati sekaligus selesainya proses rehabilitasi dua hewan dilindungi itu.
Elang ular bido betina itu dinamakan Arimbi oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY. Sedangkan alap jambul jantan dinamai Tetuko.
"Elang-elang ini merupakan hasil serahan dari masyarakat di sekitar Yogyakarta. Kami rehabilitasi lebih dari enam bulan untuk mengembalikan sifat liarnya," kata Kepala BKSDA DIY Junita Parjanti di sela pelepasliaran, Rabu (22/5).
Dua elang tersebut tak hanya direhabilitasi. Petugas juga telah mengecek populasinya dan ketersediaan pakan elang-elang itu di alam bebas. Hasilnya, beberapa elang memang masih ditemui hidup di Gunungkidul. Temuan ini menunjukkan kondisi alam di kabupaten tersebut cocok sebagai habitat elang.
"Layak dilepas di sini. Elang bido dan alap-alap ada (di Gunungkidul). Setelah dilepas, kami masih mengamati perilaku dan keberadaannya setiap minggu. Mudah-mudahan bisa survive di alam," ujarnya.
Pelepasliaran ini akan diikuti oleh elang-elang lain yang saat ini berada di Stasiun Flora Fauna Tahura Bunder. Sedikitnya 15 ekor tengah menjalani proses rehabilitasi.
Selain jenis ular bido dan alap-alap, mereka merupakan jenis elang brontok, bondol, dan elang-ikan. "Sebagian nanti akan kami bawa (dilepasliarkan) di Kepulauan Seribu," kata Junita.
Junita mengimbau masyarakat tak memburu elang-elang di alam bebas. Sebab, populasi mereka semakin sedikit dan termasuk satwa dilindungi.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA DIY Andi Candra Herwanto menambahkan, Gunungkidul dan Kulonprogo menjadi daerah di DIY yang cocok sebagai tempat hidup elang jenis tertentu. Apalagi masyarakat setempat semakin giat membangun hutan rakyat.
Pohon-pohon besar sangat disukai oleh hewan jenis raptor atau pemangsa ini. Selain itu, makanan mereka seperti kadal, tupai, dan burung-burung kecil masih banyak tersedia. Pada akhir 2018, BKSDA DIY juga melepasliarkan elang dan survive hingga kini.
"Elang ada yang bersarang di sekitar sini (Tahura). Kalau sore bisa lihat, biasanya di bawah pohon sarangnya ada banyak kotoran. Hutan negara memang sedikit, tapi dengan adanya hutan rakyat yang dikembangkan rakyat di Gunungkidul sangat bagus untuk pelepasliaran," pungkasnya.