Semarang, Gatra.com - Mengunjungi kawasan Masjid Kauman, Semarang di bulan ramadhan, mata akan langsung dimanjakan dengan warung-warung yang berjejer menyajikan berbagai macam kuliner lezat.
Salah satu yang menarik perhatian adalah keberadaan warung Jangkung. Berada dekat dengan pintu gerbang masjid, dengan berjalan sedikit ke arah utara, beberapa sajian kuliner unggulan oleh warung Jangkung siap menjadi pilihan.
"Ya, di sini ada petis bumbon telor bebek yang hanya ada di bulan ramadhan. Kami sajikan khusus. Terus juga untuk minuman, ada cincau hijau khas warung Jangkung," kata Yoga Aditya Ika Mahardika (27) pemuda asli Semarang Tengah kepada Gatra.com pada (21/5) Selasa sore.
Petis bumbon menggunakan bahan telor bebek, karena secara ukuran dinilai lebih besar dan tidak mudah hancur. Berbeda bila menggunakan telur ayam yang lebih kecil dan lunak.
Sementara untuk cincau hijau, yang membedakan dari cincau di warung lain adalah dari segi bahan pembuatan. "Mohon maaf, kalau biasanya kan ada cincau yang dicampur dengan bahan assens mirip jeli itu. Kalau di sini tidak, di sini kami menggunakan daun cincau asli, tanpa campuran. Jadi terasa lebih segar," ujarnya.
Nama warung Jangkung, dipilih agar terlihat unik dan menarik minat pembeli. Diharapkan juga menjadi doa agar rejekinya ikut jangkung alias tinggi. Yoga dan Ibunya merintis usaha warung jangkung sejak tahun 2008 dan berpindah-pindah tempat, menyesuaikan bila ada jadwal bazar.
Selain menyajikan petis bumbon dan cincau hijau, warung Jangkung juga menyediakan nasi koyor, nasi bunthil, opor, gudeg, dan jajanan ringan semacam arem-arem serta gorengan.
Menurut Yoga, omzet yang didapat pada bulan Ramadan tahun ini, menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu per hari bisa mencapai 1 sampai 2 juta, sekarang hanya bisa mendapat setengahnya sampai 70%.
Selain warung kuliner, ada juga beberapa warung yang menjual barang-barang seperti aksesoris, minyak wangi, dan perlengkapan alat salat lain.
Suasana Ramadan pada tahun ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Banyak masyarakat yang masih antusias untuk merasakan buka bersama di masjid demi mencicipi bubur India.
Ahmadi (45) misalnya, salah seorang pengunjung yang berasal dari luar kota, tepatnya dari Kudus, mengatakan bahwa dirinya ke sini selain memang sengaja ingin menghabiskan waktu liburan bersama keluarga, juga penasaran dengan cara buka bersama di masjid Kauman yang tersohor dengan bagi-bagi bubur India gratis, dan menikmati suasana kampung Arab di Semarang. "Kami memburu bubur India, dan ramai antrenya luar biasa ternyata," ucapnya.