Kupang, Gatra.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan pentingnya perhatian dan tanggung jawab besar, terhadap kelangsungan hidup komodo di Pulau Komodo, Manggarai Barat. Karena itu sebagai pembenahan perlu ditutup selama setahun untuk menata kembali.
"Komodo itu binatang purba yang hanya dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur. Perlu tanggung-jawab besar, untuk membuat langkah-langkah kebijakan dalam menjaga komodo. Kita harus melihat cukupnya ketersediaan makanan dan keberadaan habitat yang baik, sehingga mereka dapat berkembang-biak dengan baik pula," jelas Viktor Bungtilu Laiskodat kepada Rebecca Henschke dari BBC Televisi London dalam wawancara khusus diruang kerjanya, Selasa (21/5).
Saat ini jelas Gubernur Viktor, salah-satu permasalahan yang dihadapi adalah minimnya ketersediaan makanan, seperti rusa yang selalu dicuri. Ini menyebabkan menurunnya ketertersediaan makanan. Karena itu perlu ditertibkan bagi mereka yang mencuri rusa dan juga yang mencuri anakan komodo.
"Kita juga mau agar tidak ada manusia yang tinggal di Pulau Komodo. Mereka yang sekarang tinggal disana akan kita pindahkan ke Pulau Rinca atau Pulau Padar. Tentunya, dalam urusan memindahkan penduduk ke tempat yang lain itu tidak gampang. Menjadi tugas pemerintah, untuk mengatur hidup mereka agar lebih baik dan lebih layak. Kita akan buat kajian tentang itu," ungkap Viktor.
Karena itu kata Gubernur Viktor, Pemda NTT mau menciptakan Taman Nasional Komodo sebagai alam liarnya komodo. “Kita akan datang dan lihat kehidupan mereka yang liar. Jadi mereka mencari makan sendiri dengan agresif dan buas. Atraksi itu akan menarik bagi wisatawan, bagaimana ia mengejar, menangkap dan memakan hewan lain. Jadi, kita bukan memanjakan dengan memberinya makan dan komodo menjadi malas," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa kuota pengunjung pun perlu dibatasi. "Kita juga menjaga kuota maksimum 50.000 orang pengunjung dalam satu tahun. Setiap pengunjung harus tercatat sebagai member dengan biaya US$1.000 dolar untuk satu tahun," ungkap Viktor.
Viktor menceritakn, waktu ada wacana kebijakan penutupan TNK ini banyak yang menolak, tetapi kini banyak yang sudah setuju termasuk Presiden. "Kami juga membentuk tim dari pemerintah Provinsi dan pusat, untuk mendiskusikan langkah-langkah yang akan dibuat dan juga besaran anggaran yang digunakan," tambahnya.
Selama ini, pemerintah daerah tidak tahu secara jelas jumlah komodo atau makanan komodo itu sendiri, termasuk juga kondisi habitat alamnya. Makanya, ke depan, pengelola akan menggunakan teknologi detektor untuk mengetahui kondisi TNK.
Di antaranya jumlah komodo, makanan dan juga kondisi tempat tinggalnya. "Dengan begitu, kita bisa mengambil langkah yang tepat seperti konservasi dan kecukupan makanan bagi mereka seperti rusa dan babi," jelas Viktor.
Dengan adanya teknologi ini tempat asli hadsbitt komodo juga akan terjaga terutama dari sampah plastik.
"Kita, saat ini, sudah mulai menggerakan aksi pembersihan sampah. Dulunya pantai di pulau komodo itu penuh dengan sampah. Saat saya bertemu wartawan dari Australia, mereka mengatakan sekarang sudah mulai terlihat bersih. Kita juga akan membenahi tempat wisata seperti Labuan Bajo dan TNK untuk meningkatkan daya tarik wisatawan," ujar Gubernur Viktor.