Kupang, Gatra.com - Para Pemuda Lintas Agama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar deklarasi Kebangsaan dengan topik menolak People Power yang sesuai rencana dilaksanakan 22 Mei 2019 oleh segelintir elit politik.
Mereka yang mendeklarasikan ini adalah Pemuda Kristen diwakili Pieter Fomeni, Pemuda Katolik oleh Engelbertus Boli Tobi, Pemuda Hindu Dharma oleh I Putu Satria dan pemuda Islam oleh Abdul Muis. Deklarasi yang dilaksanakan Selasa, (21/5) di Asrama Haji Kupang itu dimotori GP Ansor NTT dihadiri Walikota Kupang, Jefry Riwu Kore dan sejumlah pejabat Polda dan Korem.
Ketua Pemuda Hindu Dharma NTT, I Putu Satria dalam orasinya mengatakan people power adalah sebuah kekuatan rakyat dalam mendukung proses demokrasi dalam suatu Negara.
Namun sesuai berita yang sudah viral segelintir elit politik akan melakukan people power untuk menolak hasil pemilu 17 Mei 2019 lalu pada 22 Mei 2019 mendatang maka itu bukan people power tetapi Pester Power.
“Nah yang ini namanya people power yang negative. Menggugat hasil sebuah hasil pesta demokrasi yang sudah berjalan sesuai ketentuan tidak pada jalurnya yakni menggugat ke MK. Tetapi ini tidak sesuai konstitusi jadi kami sebut Pester Power,” jelas I Putu Satria.
Pester Power kata Putu Satria biasanya disertai berita bohong ataU hoaks, hasutan, provokasi dan argmunetasi post truth. Tujuannya untuk membentuk distrosi informasi agar terciptanya pemahaman dan persepsi yang salah dari fakta yang benar.
“Ini merugikan kita sebagai Bangsa dan Negara karena dapat mengaburkan proses demokratisasi yang sah dan menggantikannya dengan fakta –fakta yang manipulativ dan sarat kepentingan. Terlebih pada situasi pasca pemilu 17 April 2019 lalu serta penetapan hasil pemilu oleh KPU RI. Karena itu secara tegas kami pemuda lintas agama menolak Pester Power ini,” kata Putu Satria.
Pernyataan senada diorasikan Ketua PMKRI Cabang Kupang, Engelbertus Boli Tobi, bahwa gerakan yang akan dilaksanakan segelintir elit yang dinamakan people power untuk menolak hasil pemilu adalah tidak pada jalurnya.
“Seharusnya para elit itu paham, gunakan jalur konstitusional menggugat melalui jalur formal, MK. Sangat disayangkan. Kerana itu secara tegas kami tolak,” kata Engelbertus Boli Tobi.
Sementara itu Pieter Fomeni dari Pemuda Kristen NTT mengatakan apa yang dilakukan segelintir elit politik ini adalah pada jalur yang salah. “Negara kita negara hukum. Gunakan jalur formal menggugat ke MK jika tidak terima hasil Pemilu. Karena itu apa yang dilakukan mereka elit itu jelas kami tolak keras karena merongrong wibawa pemerintah,” kata Pieter Fomeni.
Ketua GP Ansor NTT Abdul Muis mewakili pemuda islam mengatakan akan menjadi garda terdepan melawan apa yang dinamakan people power yang bertentangan dengan konstitusi. “Kami akan menjadi garda terdepan menolak dan menghadang gerakan ini. Bagai kami pemuda lintas agama NTT, NKRI harga mati. Sekali lagi, harga mati,” tegas Abdul Muis.
Walikota Kupang Jefry Riwu Kore dalam amanatnya pada deklarasi ini mengapresiasi niat baik pada pemuda lintas agama ini. “Ini luar biasa, merajut kebersamaan dalam keberagaman bangsa. Bangsa kita besar beragam suku, ras agama dan lainnya. Ide mulia kalian ini mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa ini cukup positif. Apalagi kalian katakana NKRI harga mati. Saya support,” katanya.