Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyampaikan demo yang akan dilakukan oleh mahasiswa terkait hasil pemilu pada 22 Mei 2019 tidak ada artinya dan tidak ada manfaatnya.
"(Demo mahasiswa) Itu engga ada artinya, engga ada manfaatnya karena apa? Semua proses sudah mengikuti koridor hukum jadi amanat konstitusi proses pemilu sudah dijalankan dengan baik oleh KPU dan Bawaslu," ujarnya usai buka bersama di Auditorium Kemenristekdikti Jakarta, Selasa (21/05).
Sebelumnya Mohamad Nasir telah melakukan pertemuan dengan beberapa organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus pada 20 Mei 2019 di kantor Kemenristekdikti dan mereka sampaikan tidak akan lakukan aksi demo pada 22 Mei 2019.
Kelompok Cipayung Plus merupakan gabungan dari; Kelompok Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), serta Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), serta Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI).
"Saya sudah menyampaikan melalui kelompok cipayung plus supaya tidak melakukan gelar demo," ujarnya.
Mohamad Nasir menyebutkan bahwa jika memang ada ketidakpuasan dan anggap kecurangan lebih baik bertindak secara prosedur konstitusi yang ada.
"Apabila dari kontestan itu sudah terjadi ketidakcocokan atau diduga terjadi kecurangan dipersilakan melalui jalur konstitusi yang ada yaitu ke Mahkamah Konstitusi, enggak ada jalan lain kecuali itu, memang amanat konstitusinya mengatakan seperti itu apa artinya demo?" tegasnya.
Lalu untuk mahasiswa daripada melakukan demo yang tidak ada artinya Mohamad Nasir sebut lebih baik membangun sistem pendidikan yang berkualitas.
"Oleh karena itu saya mengajak para mahasiswa di Indonesia hindarilah demo itu, jangan demo. Kita kembali kepada pada membangun pendidikan yang berkualitas," ujarnya.