Jakarta, Gatra.com – Menteri Pertanian Amran Sulaiman mendorong para pemangku kebijakan (stakeholder) di bidang pertanian melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. “Syarat yang pertama adalah kita sudah transformasi dari pertanian tradisional ke modern,” tegasnya.
Hal ini disampaikan di sela-sela acara Sosialisasi Pekan Nasional (PENAS) Petani dan Nelayan XVI di Auditorium Gedung F, Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (21/5). Acara ini dihadiri oleh jajaran pejabat Kementerian Pertanian, anggota Kontak Tani dan Nelayan Indonesia (KTNA), serta panitia baik pusat maupun daerah.
“Kita kan (menuju) pertanian 4.0. Kita otomatisasi, internet, digitalisasi, kami gerakkan pemuda untuk bertani. Kemarin kami usulkan dalam G20 bagaimana meningkatkaan kesejahtarean petani kecil dan pemuda tani,” ungkapnya.
Amran menginginkan agar hasil karya terbaik anak bangsa dapat ditampilkan dalam forum PENAS. Ia mencontohkan teknologi budidaya zigza yang menaikkan produktivitas jagung hingga 20 ton/ha, sapi Belgian Blue yang bobotnya 2 ton, rice transplanter (penanam padi), combine harvester (alat pemanen), hingga pesawat drone yang mampu melakukan pemupukan.
“Kami ingin KTNA tidak hanya pameran tiap tiga tahun, tapi juga tiap detik. Caranya adalah teknologi seluruh Indonesia bisa diakses setiap detik di wilayah masing-masing,” tuturnya. Ia mengharapkan agar ada website yang menampilkan hasil-hasil inovasi teknologi tersebut.
Menurutnya, mekanisasi pertanian merupakan hal yang tak bisa dihindari agar bisa bersaing di dunia internasional. “Mekanisasi tujuannya menekan biaya produksi 60%. Biasanya 12 juta, bisa saja 5 juta. Kalau dikali seluruh Indonesia, 361 triliun bisa dihemat,” ungkapnya.
Amran mengaku bahwa pihaknya telah meningkatkan mekanisasi pertanian sebesar 2000% sejak tahun pertama masa jabatannya. “Intinya pertanian modern dengan pertanian 4.0 kita terapkan terkoneksi semua,” tegasnya.