Pamekasan, Gatra.com – Para putra kiai atau Lora se-Madura menyesalkan ancaman sebagian tokoh ulama untuk menutup Jembatan Suramadu bila rencana kepergian massa menuju ke Jakarta dihadang kepolisian.
“Ancaman penutupan Suramadu dengan cara diduduki atau apapun, itu sangat berlawanan dengan prinsip agama yang sangat memperhatikan kemaslahatan umum," kata Kiai Mahrus Ali dari Sampang di sela silaturahim Lora se-Madura di sebuah rumah makan di Pamekasan, Madura, Senin (20/5/2019) malam. Lora adalah sebutan bagi putra kiai pengasuh pondok pesantren.
Sebelumnya beredar selebaran yang mengatasnamakan Ulama dan Habaib Madura. Isinya mengancam akan menutup Jembatan Suramadu selama dua hari jika kepolisian melakukan penghadangan.
Selain berisi ancaman, dalam selebaran itu mereka juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap berangkat ke Jakarta meskipun mendapat hadangan dari kepolisian.
Kiai Mahrus menegaskan, Suramadu adalah jembatan kebanggaan bagi masyarakat Madura yang menjadi salah satu akses yang menyambungkan pulau Madura dengan pulau Jawa. "Suramadu bukan milik sekelompok orang,” kata Kiai Mahrus menyindir.
Bila ancaman penutupan Suramadu benar-benar dilaksanakan, menurut Kiai Mahrus, hal itu akan dapat mengganggu para pengguna jalan. “Dan ini menyalahi spirit syariat Islam atau maqashidus syariah,” pungkasnya.
Dalam silaturahim bertajuk “Merajut Kebersamaan, Menjaga NKRI” itu para Lora se-Madura menyerukan agar semua pihak tidak bertindak di luar konstitusi seperti gerakan people power untuk menolak hasil Pemilu 2019. “Kami sepakat menerima keputusan resmi KPU,” kata Juru bicara Lora se-Madura, Kiai Hosnan A Nafi.
Reporter: Abdul Hady JM
Editor: Bernadetta Febriana