Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM, Prof. Rully Indrawan, mengatakan, tren ekonomi kolaborasi atau ekonomi berbagi adalah peluang untuk mendirikan koperasi. Caranya dengan memberikan pendidikan kepada generasi muda mengenai perkoperasian yang merupakan akar budaya nasional.
"Pendekatan yang dilakukan juga tak lagi bisa dilakukan secara konvensional seperti dulu, namun menyesuaikan dengan kebutuhan mereka," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (20/5).
Misalnya, lanjut Rully, setelah berkelompok dan usahanya berkembang, tentunya ada kebutuhan mereka akan adanya suatu badan hukum. "Nah, koperasi merupakan wadah yang tepat bagi mereka akan kebutuhan suatu badan hukum," katanya.
Soal potensi tersebut, Rully pun sempat menyampaikannya dalam pertemuan dengan para pengusaha dan pegiat koperasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Bara (Jabar), Sabtu kemarin. Menurutnya, lahirnya tren ekonomi kolaborasi atau ekonomi berbagi itu seiring dengan munculnya era revolusi industri 4.0.
Ekonomi kolaborasi atau ekonomi berbagi tersebut sesuai dengan semangat marwah koperasi karena melibatkan banyak pihak. Kemudian, semua pihak itu mendapatkan manfaat dari adanya suatu kegiatan ekonomi.
"Lihat saja perusahaan aplikasi seperti Traveloka maupun lainnya di mana pengusaha hotel tidak harus memiliki suatu hotel, demikian juga dengan Gojek atau Grab yang tidak harus memiliki ribuan mobil maupun motor," ujarnya.
Menurutnya, semua pihak mendapatkan manfaat, bahkan sampai ke konsumennya sekalipun dengan biaya yang lebih murah dan cepat mereka mendapatkan layanan.
Semangat ekonomi kolaborasi tersebut sudah sesuai dengan marwah dari koperasi yang mendasarkan diri pada saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhannya.
"Di kalangan generasi milenial trend ekonomi berbagai ini juga banyak kita lihat di kota-kota sehingga tercipta suatu kelompok-kelompok usaha atau co working," ujarnya.
Menurutnya, koperasi lahir dari suatu kebutuhan yang lantas berkelompok untuk menolong dirinya sendiri. Karena itu berdirinya koperasi tak lagi top down seperti zaman dulu, namun lebih karena adanya kebutuhan untuk bekerja sama dalam membantu dirinya sendiri melalui suatu kelompok.
"Terhadap kelompok masyarakat atau pekerja yang belum tergerak mendirikan koperasi, yang bisa kita lakukan adalah memberikan sosialisasi dan pendidikan apa itu koperasi dan bagaimana bisa mendapatkan manfaat dari adanya sebuah koperasi," kata Rully.