Semarang, Gatra.com - Sunan Kuning, salah satu tempat prostitusi populer di Jawa Tengah, telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Terutama, bila sudah memasuki Ramadan, suasana di Gang Siangkang, 17 kilo dan KBRI (Kali-banteng belok kiri) Semarang, perubahan tersebut jelas terlihat.
Gapura sebelah utara tempat Resosialisasi Argorejo, di dekat masjid Al Hidayah, pada malam ini terlihat berbeda. Beberapa orang duduk-duduk di dekat portal yang bertuliskan, "Bulan ramadhan, tutup total!". Mereka menjaga akses jalan bagi orang-orang keluar dan masuk ke kawasan Sunan Kuning pada Senin (20/5) malam.
"Mereka di situ yang jaga-jaga kalau lagi ada tarawih dan mengaji. Kami punya program religi bagi para pekerja seks komersial (PSK) yang sudah berjalan mulai dari dua tahun ke belakang pada setiap bulan Ramadan," ujar Ketua Resosialisasi Argorejo, Suwandi Eko Putranto.
Lantunan takbir dan bacaan ayat-ayat suci Alquran pada bulan Ramadan menggantikan suara house music yang menjadi ciri khas lokalisasi Sunan Kuning saat isya tiba. Wandi mangatakan, pengajian rutin diadakan pada Jumat Kliwon dan tak jarang juga disertai dengan kegiatan ziarah bareng ke makam Sunan Kuning.
"Ada sekitar 480 pekerja yang sekarang kami bina, dan kami bersyukur banyak di antara mereka mau mengikuti program-program yang kami buat dengan sepenuh hati," katanya. Angka 480 ini menjadi indikator penurunan jumlah PSK yang bila dilihat pada 2008 bisa mencapai 741 pekerja.
Meskipun Suwandi sudah menginstruksikan para PSK untuk tidak lupa mudik, masih saja ada beberapa yang tetap bertahan dan enggan pulang ke daerah asal. "Beberapa ada yang karena rumahnya jauh, dan juga ada yang uang sakunya tidak cukup buat digunakan mudik," ucapnya.
Program-program religi yang diadakan di Sunan Kuning saat Ramadan, diharapkan bisa menjadi percontohan yang ideal bagi tempat lokalisasi lain di Indonesia.