Kudus, Gatra.com - Selama ini, orang hanya mengenal jenang kudus dan Soto Kudus sebagai kuliner khas kota Kudus. Padahal banyak sekali makanan khas lainnya seperti wedang blung dan wedang alang-alang, sedangkan makanannya ada nasi bledek dan nasi mercon.
Semua itu bisa Anda dapatkan di angkringan milik pak Herman di Sunggingan Kudus. Bila Anda, dari arah kota Semarang, angkringan ini berada lebih kurang 2 km dari Matahari kota Kudus ke arah utara.
Herman (63) pemilik angkringan mengatakan, angkringan yang diberi nama sesuai namanya itu, mulai berjualan di jalan MH Basuno Sunggingan Kudus sejak tahun 1995 lalu.
Menurut Herman, nama wedang blung itu berasal dari tempat membuat minuman yang bernama buyung (gentong) , yang terbuat dari gerabah. “Dulu kalau membuat wedang, kalau memasukan bahan-bahan campuran akan terdengar suara 'blung',” kata Herman kepada Gatra.com, Sabtu malam (18/5) lalu
Adapun campuran wedang yang disajikan baik panas ataupun dingin ini adalah jahe, sereh, kelapa muda yang berbentuk irisan kecil seperti dadu, sedikit santan, dan gula jawa sebagai pemanis. “Rasanya khas dan berkhasiat untuk menjaga kondisi tubuh dari masuk angin” kata Herman. Dengan harga jual per gelas Rp4.000, wedang blung disajikan dalam wadah mangkok untuk yang panas, dan gelas untuk yang dingin.
“Rata-rata yang datang kesini adalah orang-orang dari luar Kudus, mereka hanya ingin menikmati wedang blung, karena di kotanya tidak ada” kata Herman.
Herman mengaku sudah mendapat tawaran untuk membuka cabang di luar kudus, seperti Semarang atau Jakarta. Namun hal itu dia tolak. “Hanya di Kudus, wedang blung ini dijual, tidak di kota lainya” kata Herman.
Selain wedang blung, Herman juga menyajikan wedang Alang-alang yang juga cukup di gemari oleh masyarakat. Minuman ini berkhasiat untuk mengatasi sakti maag ataupun gangguan pencernaan.
Menu andalan lainya yang cukup ngegirisi adalah adanya menu makanan yang cukup pedas yang dinamai nasi mercon dan nasi bledek.Kedua jenis makanan ini merupakan andalan warung Pak Herman. Tingkat kepedesan nasi yang dibungkus kertas minyak, jadi pilihan penyuka pedas.
Untuk nasi bungkus di angkringannya, Herman mengaku membuat sendiri menu andalanya. Dia memilih kikil kerbau yang dimasak pedas dengan bumbu raciknya untuk menjadi lauk nasi bungkus itu. “Kikil kerbau sangat cocok untuk dijadikan menu pedas karena daging kerbau itu berbeda dari daging lain” kata Herman.
Menurut Herman, tingkat kepedasan dari nasi bungkus di warungnya bervariasi tergantung levelnya, ada yang sangat pedas, pedas dan biasa. “Untuk yang sangat pedas, nasi bungkusnya di beri tulisan nasi mercon, nasi bledek, dan ceker setan,” kata Herman.
Untuk nasi pedas biasa, yaitu nasi dengan sambal udang dan pete, nasi sambal teri, dan kerang setan. Sedangkan yang tidak suka pedas, herman menyediakan nasi mie dan kering.
Angkringan yang mulai buka pukul 18.00 WIB dan tutup hingga tengah malam ini mampu menjual 400 porsi setiap malamnya dengan meja yang tertata berisikan berbagai sate, seperti sate telur puyuh, sate ayam, sate jamur, tahu goreng, tahu bacem, dan aneka gorengan sebagai lauk tambahan.
Pembeli pun dapat memilih duduk di kursi untuk menikmati menu yang tersedia, tersedia juga tempat lesehan di tempat yang disediakan.
Yunita warga Jati Kudus , salah satu pembeli di angkringan Herman mengaku penasaran dengan menu yang ditawarkan di angkringan itu. Dia mengaku sudah mencoba nasi mercon dan nasi bledek. “Rasanya pedas membuat mata berair, hidur meler dan mulut serasa meledak kepanasan” kata Yunita.