Washington DC, Gatra.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dan penasihat senior Gedung Putih yang juga menjadi menantunya, Jared Kushner melakukan pendekatan pada para pengusaha global terkait niat Trump dalam membuka jalur perdamaian di Timur Tengah. Jalan ini ditempuh Trump dengan mengumumkan adanya proposal perdamaian AS di Timur Tengah yang membahas investasi pada hari Minggu (19/5).
Bulan depan di Manama, Bahrain pada 25-26 Juni AS juga akan mengadakan pertemuan ekonomi untuk mendorong investasi modal di Palestina dan kawasan Arab di sekitarnya, dengan para menteri keuangan dan para pemimpin bisnis di tingkat global maupun regional.
Ide Trump ini menjorok pada konsensi politik di daerah konflik seperti Palestina dengan membuat komitmen keuangan dengan negara-negara di Teluk Persia yang kaya, serta donor di Eropa dan Asia. New York Times melaporkan (19/5), Gedung Putih telah mengindikasikan akan mencari puluhan miliar dolar dalam upaya investasi ini. Diplomat dan anggota parlemen AS juga telah diberitahu bahwa tujuan investasi adalah memberi suntikan dana sekitar U$68 miliar untuk Palestina, Mesir, Yordania dan Libanon.
"Lokakarya ekonomi ini adalah kesempatan penting untuk mengadakan pertemuan pemerintah, masyarakat sipil dan para pemimpin bisnis untuk berbagi ide, mendiskusikan strategi dan menggalang dukungan untuk investasi dan inisiatif ekonomi potensial yang dapat dimungkinkan oleh perjanjian damai," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Namun upaya Trump ini nampaknya tidak disambut baik oleh pemerintah Israel. Palestina bahkan tidak berbicara dengan pemerintahan Trump setelah presiden pro-Israel bergerak, dan mereka tampaknya tidak akan menghadiri konferensi Bahrain.
Mantan negosiator Timur Tengah- Amerika Aaron David Miller mengatakan rencana Trump perlu dilakukan namun tidak sepenuhnya bisa membawa jalan damai di Palestina dan daerah konflik di Arab lainnya. "AS bisa mengupayakan perdamaian di Timur Tengah, jauh sebelum ini direncanakan melalui pembangunan ekonomi, tapi yang menarik kondisi di mana AS harus menunda kerjasama dengan Israel dengan upaya investasi ini," katanya.
Namun upaya realisasi forum ekonomi di Bahrain nampaknya menemukan beberapa kendala.
Bahrain, tuan rumah forum tersebut sedang berselisih dengan Qatar, yang telah menjadi salah satu penyandang dana utama Palestina selama bertahun-tahun. Bahrain, bersama dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir, telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memberlakukan blokade terhadap negara kecil itu, sehingga tidak jelas apakah negara itu akan berpartisipasi dalam inisiatif ekonomi yang dilancarkan Trump.
Trump juga diperkirakan tidak akan menghadiri konferensi Bahrain karena ia akan mendatangi konferensi G20 di Jepang. Sebagai penggantinya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ditunjuk menggantikan Trump, sementara negara-negara lain akan diwakili oleh menteri keuangan, bukan menteri luar negeri, untuk menekankan fokus ekonomi.
Upaya jalan damai yang diajukan Trump masih dianggap sebelah mata oleh pemerintahan Palestina. Apalagi Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas telah menyatakan pemerintahan Trump bukanlah broker netral yang dapat menegosiasikan perdamaian karena Trump telah menunjukkan sikap dukungan yang begitu kuat ke Israel.