Jakarta, Gatra.com - Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Ketut Kariyasa mengatakan, bahan pangan atau makanan menyumbang inflasi terendah sejak tahun 2015-2018.
Kariyasa di Jakarta, Senin (20/5), menyampaikan, ini berbeda dengan sebelum tahun 2013-2014. Saat itu inflasi pangan masih tergolong tinggi. Inflasi pangan mulai menurun pada tahun 2015 menjadi 4,93%. Adapun pada tahun 2014, inflasi pangan bercokol di angka 10,57%.
"Kemudian tahun 2016 inflasi pangan yakni 5,69%. Namun masih di atas inflasi umum," kata Kariyasa.
Menurutnya, inflasi pangan semakin menurun drastis di tahun 2017. Bahkan menjadi rekor sejarah sebab merupakan inflasi pangan terendah selama Indonesia merdeka.
"Sangat membanggakan tahun 2017 inflasi pangan turun sampai tingkat 1,26%. Merupakan inflasi pangan terendah yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia," ucap Kariyasa.
Keberhasilan Kementan menekan laju inflasi pangan terus berlanjut pada 2018 hingga awal tahun 2019. "Selain itu, tahun 2017, inflasi pangan merupakan paling rendah dibandingkan sektor lainnya serta berada dibawah inflasi umum yaitu 3,61%," katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri membeberkan, rendahnya angka inflasi pangan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan berbagai program dan kinerja Kementan yang sukses. Misalnya saja seperti UPSUS, peningkatan produksi jagung, padi, hortikultura, program sapi indukan wajib bunting (SIWAB) pada peternakan.
"Menyebabkan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri meningkat. Berdampak terhadap stabilitas harga di tingkat konsumen sehingga mampu menekan inflasi bahan pangan," ungkap Boga.
Lainnya, kata Boga, Kementan juga membenahi rantai pasok serta distribusi pangan. Hal itu membuat harga di tingkat petani tetap layak dan konsumen tetap mampu membeli pangan dengan harga terjangkau.