Kolombo, Gatra.com - Umat Buddha di Sri Lanka menandai kelamya perayaan Waisak yang jatuh pada Minggu (19/5) pasca serangan bom yang terjadi saat Minggu Paskah, April lalu. Kejadian tersebut menewaskan lebih dari 250 orang.
“Jumlah umat Buddha di salah satu vihara populer di pinggiran Kolombo, Keleni Raja Maha Viharaya pun mulai berkurang separuh dari tahun lalu,” kata saksi mata yang dilansir melalui Reuters.
Sebuah sticker bertanda centang terlihat ditempelkan kepada setiap pengunjung setelah pemeriksaan di luar Vihara.
“Kita tidak bisa hanya bergantung pada militer saja, kita harus berhati-hati dan melakukan yang terbaik untuk melindungi diri sendiri,” ujar seorang umat yang sedang dalam perjalanan menuju Vihara di pinggiran kota Kaduwela, Anette Perera (64 tahun).
Menurutnya, ia masih merasa tidak aman. Setelah membuat persembahan di Vihara, pengunjung bergegas pulang ke rumah.
Sementara itu, Waisak sebagai hari kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Momen ini dirayakan saat bulan purnama, setiap Mei. Beberapa orang Sri Lanka turut menyampaikan pesan tentang hidup damai dalam keberagaman agama.
Di kuil Gunawardhanaramaya, Kolombo, umat Hindu dan Katolik Tamil menjadi tuan rumah acara buka puasa bagi umat Islam yang berbuka puasa bulan suci Ramadan. Adapun sejumlah umat Muslim juga membantu menghias kuil Buddha dengan bendera dan lentera Waisak.