Padang, Gatra.com - Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit menyebutkan, sebagai salah satu daerah penghasil getah karet, daerah itu membutuhkan pabrik pengelolaan karet hingga menjadi bahan jadi.
Nasrul menilai, petani karet hingga saat ini belum sejahtera. "Sebagai salah satu daerah penghasil karet terbesar di Sumbar, Kabupaten Sijunjung belum sepenuhnya memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya, terutama petani karet," ujarnya saat bersilaturahmi dengan msyarakat Sijunjung, Sabtu (18/05).
Dikatakannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kebun karet di Sumbar 2017, tercatat seluas 141.131 hektar. Di Sijunjung sendiri, terdapat kebun karet seluas 33.827 hekter, mulai dari yang sudah produksi, tua dan belum produksi.
"Di Sijunjung ini perlu ada pabrik pengelolaan karet hingga menjadi bahan jadi. Sehingga harga bisa mahal dan petani sejahtera. Saat ini harga karet diatur oleh negara tetangga kita, Malaysia," ungkapnya.
Nasrul mengklaim, sebagai upaya mewujudkan angan dan keinginan memiliki pabrik pengelolaan karet tersebut, Gubernur terus bergerilya keluar negeri untuk mencari investor.
"Mencari investor merupakan tugas pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat. Semoga hal ini bisa terwujud, sehingga petani karet di Sumbar bisa sejahtera dengan harga yang pas," jelasnya.
Nasrul menerima laporan dari petani di Sijunjung, saat ini harga getah karet dibeli pengepul kepada petani hanya Rp6.000 per kilogram. Menurutnya, harga tersebut tidak sepadan dengan kerja keras petani dalam mengumpulkan getah karet.
"Ayo pemerintah Kabupaten Sijunjung ikut mencarikan solusi konkrit dari masalah ini serta mewujudkan keinginan bersama dalam memiliki pabrik pengolahan karet di Sumbar. Kami di Pemprov sedang mencari peluang ini," ucapnya.