Jakarta, Gatra.com - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) terus berupaya mencegah beredarnya kabar bohong atau hoaks. Deteksi dilakukan menggunakan aplikasi Hoax Buster Tools yang diluncurkan pada 2016 dan setidaknya sudah menerima 2.500 laporan soal hoaks.
"Kami sudah menerima 2.500 kabar bohong dan data ini dikumpulkan menjadi satu data besar dalam aplikasi Hoax Buster Tools tersebut," kata Yuli Setiyowati, relawan dari Komite Edukasi dan Publikasi Mafindo usai acara diskusi bertajuk "Berita Dusta di Antara Kita" di Jakarta, Sabtu (18/5).
Saat diluncurkan beberapa tahun lalu, lanjut Yuli, aplikasi ini baru melayani masyarakat yang menggunakan anroid. Sedangkan untuk sistem iOS akan segera diluncurkan.
"Dalam aplikasi ini, terdapat opsi ‘Search Hoax’ di mana penggunanya bisa mencari berita hoaks tentang satu topik," ujar Yuli.
Selain itu, lanjut Yuli, Mafindo juga telah menciptakan ‘WhatsApp Hoax Buster’ yang bisa dihubungi melalui nomor telepon yang bisa diakses pengguna aplikasi ini untuk mengecek atau menanyakan kepada Mafindo suatu informasi itu hoaks atau bukan. Tim Mafindo nantinya akan mengeceknya dan menyampaikan apakah itu hoaks atau bukan.
"Nomornya adalah 085574676701 dan ini bisa disimpan. Masyarakat bisa menyimpan nomor ini dan bila ada pertanyaan, bisa diketikkan dengan satu kata dan akan dibalas bila memang ada kabar bohong terkait dengan kata kunci tersebut," katanya.
Namun jika tim Mafindo belum membalasnya dalam waktu relatif lama, artinya masih mengecek kabar atau informasi itu apakah hoaks atau bukan. "Laporan akan ditindaklanjuti oleh tim Mafindo," katanya.
Menurut Anita, aplikasi ‘Hoax Buster Tools’ ini sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Adapun perbedaan ‘Hoax Buster Tools’ dan ‘WhatsApp Hoax Buster’ adalah hanya pada perangkat saja di mana ‘Hoax Buster Tools’ hanya untuk pengguna android sementara ‘WhatsApp Hoax Buster’ untuk pengguna WhatsApp.
"Untuk penyebaran nomornya, melalui media sosial terutama di Facebook Mafindo. Terkait dengan sosialisasi, kita bisa melalui online dan offline," katanya.
Salah satu sosialisasi melalui offline di antaranya melalui pertemuan dengan sejumlah kelompok. "Kami perkenalkan tools-tools ini. Sasaran kita adalah semua golongan, khususnya ibu-ibu yang lebih mudah terpapar berita bohong yang disebarkan melalui pesan WhatsApp," ujarnya.