Jakarta, gatra.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, volume ekspor non-migas Januari-April 2019 mengalami kenaikan 13,07% dibandingkan Januari-April 2018. Namun dalam rentang waktu yang sama, nilai ekspor non-migas menurun sebesar 8,54%.
Anggota Kelompok Kerja Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Telisa Aulia Falianta menuturkan ekspor netto merupakan penopang (buffer) positifnya nilai neraca transaksi berjalan, sehingga mampu mendukung pembayaran transaksi perdangan internasional.
Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta mengungkapkan penurunan nilai tesebut disebabkan penurunan tren harga komoditas sawit selama tiga tahun terakhir. Ia menambahkan ekspor minyak sawit dan turunannya merupakan produk utama ekspor Indonesia.
Menurut Arif, kenaikan pajak impor dan isu perdagangan internasional (pelarangan biodiesel sawit oleh Uni Eropa) turut memukul ekspor produk minyak kelapa sawit (CPO).
“Selama ini ketergantungan ekspor kita hanya dengan CPO. Kecenderungan harganya makin lama makin turun,” ujar Arif.
Arif menyarankan peningkatan nilai tumbuh produk-produk kelapa sawit untuk mendongkrak nilai ekspor.
“Industri sawit kita arahkan ke industri yang memiliki nilai tambah tinggi,” ujarnya.
Ia memaparkan produk turunan kelapa sawit terdiri dari minyak inti sawit, minyak goreng sawit, margarine, manisan (confectionaries), metal ester, asam lemak, alkohol lemak, surfaktan, dan kosmetik masing-masing menghasilkan nilai tambah sebesar 14%, 35%, 48%, 39%, 82%, 141%, 217%, 366%, dan 522%.
Kemudian, Arif menyarankan pemerintah untuk membuka pasar baru untuk ekspor produk minyak kelapa sawit, misalnya di Afrika. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak pelarangan ekspor produk kelapa sawit ke Uni Eropa dan menghadapi ketidakpastian kerjasama perdagangan Tiongkok dan Amerika Selatan.
Arif berpendapat pasar dalam negeri yang besar dapat pula menjadi alternatif menampung produk turunan sawit Indonesia.
“Jangka pendek kita perbesar volume suplai minyak kelapa sawit untuk B20 (Biodiesel 20%), namun kita harus hitung karena afa nilai subsidinya,” ujarnya.