Padang, Gatra.com - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menargetkan permasalahan bawang putih di wilayah setempat selesai tahun 2021 mendatang dan menjadi salah satu sentral bawang putih dengan target tanam seluas 6.000 hektar (Ha).
Chandra, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat mengatakan, Sumbar akan kembali mengejar ketertinggal dan menjadi sentral bawang putih seperti beberapa dekade lalu, dengan budidaya benih di lahan seluas 580 hektar 2019 ini.
"Ditargetkan 2021, bawang putih tidak lagi diimpor dengan menghidupkan kembali daerah-daerah sentral melalui program budidaya," ujar Chandra kepada GATRA, di Padang, Jumat (17/05).
Budidaya benih seluas 580 hektar merupakan gabungan antara lahan wajib tanam importir dari 5 perusahaan dan APBN. Nanti, hasil panen akan diproses dan dijadikan benih untuk ditanam lagi tahun 2020 dengan target tanam seluas 2.000 hektar.
"Lalu, panennya akan dijadikan benih lagi untuk ditanam tahun 2021, dengan target tanam 6.000 hektar," ungkapnya.
Chandra berharap, permasalahan bawang putih di Sumbar mampu terselesaikan dengan budidaya benih tahun ini seluas 580 hektar, yang tersebar di Kabupaten Solok seluas 275 hektar, Kabupaten Tanah Datar 125 hektar, Kabupaten Agam 100 hektar, dan Kabupaten Solok Selatan 80 hektar.
"Hitungan kita secara teknis, produksinya lebih kurang mencapai 6.000 ton. Tahun selanjutnya dijadikan bibit lagi sebanyak 2.000 ton untuk ditanam di lahan seluas 4.000 hektar, dengan jumlah produksi mencapai 15.000 ton," jelasnya.
Mengenai luas lahan secara keseluruhan, menurut Chandra total lahan yang berpotensi untuk ditanami bawang putih tersebar di empat wilayah dengan luas 27.500 hektar. Di Kabupaten Solok luas lahannya 13.000 hektar, sementara di luar Solok, seperti Kabupaten Agam 11.000 hektar, Tanah Datar 3.000 hektar dan Solok Selatan 500 hektar.
Menurutnya, program pembiayaan simulasi pengembangan bibit bawang putih sebetulnya sudah dimulai sejak 2017 silam di Kabupaten Solok seluas 122 hektar dengan jumlah produksi sebesar 590 ton, dan 100 hektar 2018.
"Namun, simulasi dua tahun ini tidak sepenuhnya berhasil, karena masa panen yang bersamaan dengan musim hujan. Tahun 2019 ini ingin dipercepat tetapi malapetaakanya bibit belum tersedia," ucapnya.