Jakarta, Gatra.com – Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi gula dan lahan tebu terus menurun. Produksi gula nasional turun dari 2,5 juta ton pada 2012 menjadi 2,1 juta ton pada 2017. Sementara itu, luas area tebu menurun dari 449.149 hektar pada 2012 menjadi 425.617 hektar pada 2017.
Hal ini terungkap dalam diskusi “Diskusi Quo Vadis Pergulaan Nasional” yang diadakan di Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (16/5).
Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Prof. Agus Pakpahan mengungkapkan, tiga hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi gula nasional, yaitu tingkatkan bahan baku produksi, kendalikan impor, dan berikan insentif kepada pabrik gula dan petani.
Salah satu insentif yang dapat diberikan adalah revitalisasi pabrik gula (PG). “Hasil dari PG Kebon Agung menunjukkan revitalisasi yang dijalankan dengan benar, hasilnya akan efisien, produktif, dan berkembang. Kalau hal ini terjadi pada 62 pabrik gula di Pulau Jawa, kita bisa lebih dari swasembada,” ungkapnya.
Agus mengungkapkan program revitalisasi PT Kebon Agung (Pengembangan PT Kebon Agung (PPKA)) mampu meningkatkaan kapasitas giling 2,3 kali lipat mulai dari 7.872,2 ton tebu/hari pada 2004 menjadi 17.737 ton tebu/hari pada 2016. PPKA telah dijalankan sebanyak dua kali, yaitu pada 2007 dan 2012.
Peningkatan kapasitas mendorong jumlah tebu digiling meningkat 2,3 kali lipat dari 1,23 juta ton/tahun pada 2004 menjadi 2,85 juta ton/tahun pada 2016. Produksi gula juga naik hampir dua kali lipat dari 92.100 ton/tahun pada 2004 menjadi 179.277 ton/tahun pada 2016. Hal tersebut turut mendorong perluasan area tebu PT Kebon Agung sebanyak dua kali lipat mulai dari 19.281 ha pada 2004 menjadi 38.076 ha pada 2016.
Ia menolak anggapan sebagian pihak yang menyarankan penutupan pabrik-pabrik gula tua. “Tidak benar pabrik gula tua kalau direvitalisasi tidak efisien, contohnya Kebon Agung,” ujarnya.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Agus Wahyudi mengungkapkan revitalisasi PG sudah dilakukan secara parsial di beberapa tempat. “Rehabilitasi, penambahan, dan modernisasi terutama energy sudah dilakukan,” jelasnya.
Agus mencontohkan Kementerian BUMN telah merevitalisasi di PG Asam Bagus di Jawa Timur serta PG Sragi, PG. Pangka, dan PG. Mojok di Jawa Tengah.
Sementara, Ketua Dewan Pembina Andalan Petani Tebu Rakyat Andalan (APTRI), Arum Sabil menegaskan pabrik-pabrik gula tua jangan sampai mati. “Dahulukan pabrik gula yang direbut para pejuang kita (dari perusahaan-perusahaan Belanda). Kalau pabrik baru hanya kedok untuk menambah impor, inilah akhir zaman pergulaan,” katanya.