Yogyakarta, Gatra.com – Dua calon legislatif (caleg) DPR RI dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbeda nasib bersilang pendapat tentang praktik politik uang. Roy Suryo, caleg Partai Demokrat yang gagal kembali ke Senayan, menyatakan praktik politik uang oleh para caleg menjadi sebagai alasan terpilihnya mereka.
Adapun caleg terpilih PDIP M.Y Esti Wijayanti yang meraih suara terbanyak di DIY mengatakan uang bukan segala-galanya untuk mendulang suara.
Melalui pesan singkat kepada Gatra.com, Rabu (15/5), Roy Suryo mengatakan sedang berada Roma, Italia, karena tugas DPR. Ia mengatakan kerja kerasnya berkampanye hingga jungkir balik selama tujuh bulan harus gagal akibat maraknya praktik politik uang.
“Politik uang sangat marak tidak hanya sebelum pemilihan legislatif, namun juga saat hari-H dan bahkan ketika rekapitulasi suara berjenjang banyak oknum yg melakukan hal tersebut,” ujarnya.
Roy memperoleh 24.415 suara, jauh di atas perolehan Partai Demokrat di DIY dengan 19.951 suara. Namun karena penghitungan total suara partai dan caleg Demokrat di DIY hanya 62.708, maka partai berlambang bintang Mercy ini tak bisa menempatkan wakil di DPR RI di periode ini.
Dalam pesannya, Roy juga mengatakan dirinya bisa saja melakukan politik uang seperti caleg lain. "Namun karena memang DNA Partai Demokrat tidak memperbolehkan, maka saya legowo menerima ini semua dibandingkan harus memenangkannya dengan cara-cara yang tidak terpuji tersebut,” ujarnya.
Selain mengucapkan selamat kepada caleg terpilih, Roy berjanji akan melaksanakan tugas sebaik mungkin di DPR RI periode ini sampai masa tugasnya berakhir September 2019.
Berbeda dengan Roy, Esti Wijayanti mendapatkan 176.306 suara dan menjadi yang terbanyak di DIY. Ia mengatakan hampir 50 persen suara tersebut berasal Sleman, kabupaten tempatnya pernah menjadi anggota DPRD.
“Khusus Sleman saya memiliki komitmen untuk terus melakukan komunikasi dengan masyarakat pendukung. Bahkan di pemilihan tahun ini, komunikasi dengan mereka masih menjadi senjata mendulang suara,” kata Esti kepada Gatra.com, Kamis (16/5).
Menurut Esti, komunikasi dengan masyarakat adalah hal paling penting. Ia menekankan uang bukanlah segala-segalanya dalam meraih dukungan suara. Para caleg, menurut dia, boleh punya banyak uang, tapi saat ini masyarakat jauh lebih pandai daripada lima tahun lalu.
Menurutnya, masyarakat tak mengharapkan uang, namun bagaimana bisa mendapatkan sesuatu demi kebaikan mereka melalui caleg yang mereka pilih.
“Bahkan sebagai petahana saya diuntungkan dengan berbagai capaian program yang selama lima tahun terakhir saya berikan ke konstituen,” lanjutnya.
Esti menambahkan, perolehan suara tertinggi ini tak lepas dari peran mesin partai politik, para kelompok pendukung, dan komunitas binaannya. Merekalah bagi Esti yang menyuarakan programnya hingga ke bawah.
“Sekali lagi saya tegaskan bahwa uang bukan segalanya dalam proses pencalegan. Uang penting, tetapi tidak kemudian semua bisa dibeli dengan uang," katanya.