Jakarta, Gatra.com – April lalu, nilai tukar rupiah sempat mengalami penguatan, namun turun lagi pada Mei 2019. Jika dibandingkan secara point to point, nilai tukar rupiah di bulan ini turun sebesar 1,45%. Sementara jika dibandingkan secara rerata, nilainya turun hingga 1,36% dari bulan lalu.
Turunnya nilai tukar rupiah itu, tidak terlepas dari pengaruh perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Karenanya, nilai mata uang di negara berkembang menjadi tertekan.
Tidak hanya itu, pola musiman permintaan valas untuk memenuhi kebutuhan pembayaran dividen non residen pun ikut mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah.
Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wrjiyo, tetap yakin, bahwa nantinya nilai tukar rupiah akan kembali membaik. Seiring dengan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang terus mengalami kenaikan atau dalam hal ini dapat dikatakan surplus.
“Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil. dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dan sejalan dengan prospek NPI yang membaik,” Ujarnya.
Untuk memperbaiki nilai tukar rupiah yang turun tersebut, BI akan terus mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik. Akselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar tunai maupun valas adalah salah satu caranya.