Home Milenial Haidar Bagir: Banyak Umat Muslim Melupakan Rukun Ihsan

Haidar Bagir: Banyak Umat Muslim Melupakan Rukun Ihsan

Jakarta, Gatra.com – Berbicara tentang Agama serta kaitannya dengan ruang publik saat ini cukup relevan, seiring dengan banyaknya narasi-narasi yang didesakkan oleh kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama dan dituangkan ke ruang publik sehingga menimbulkan ketersinggungan.

Ruang publik yang dimaksud adalah dalam pendekatan sosiologi, dimana setiap orang ataupun kelompok dapat merasakan kesetaraan.

Direktur Utama Kelompok Mizan yang berfokus pada kajian tasawuf, Haidar Bagir, menilai bahwa saat ini masyarakat muslim banyak yang melupakan salah satu rukun dalam keberislamannya yaitu rukun Ihsan. Haidar Bagir menjelaskan bahwa tidak hanya Rukun Islam dan Rukun Iman yang harus diamalkan, tetapi Rukun Ihsan juga harus diterapkan.

“Menurut saya, sumber masalah keberislaman umat muslim yang tampak di permukaan bersikap agresif, dan mendesakkan segala sesuatu ke ruang publik karena kita semenjak kecil hanya diajarkan mengenai Rukun Islam, dan Rukun Iman saja,” Jelas Haidar Bagir dalam diskusi publik yang diadakan di Teater Salihara, Jakarta, Rabu (15/5) malam.

Ajaran mengenai Rukun Islam dan Rukun Iman menurut Haidar, merupakan suatu pembelajaran yang diambil dari Hadist Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya dalam hadist tersebut juga terdapat Rukun Ihsan. Keindahan yang meliputi rukun islam dan rukun iman dirasa hilang, seiring dengan keterlupaan masyarakat pada rukun ihsan.

“Ihsan sendiri dalam bahasa Arab memiliki arti berbuat sesuatu yang sempurna dan indah. Itulah Ihsan.” jelas Haidar Bagir. “Akhlak, Tasawuf, dan cinta ini yang dilupakan oleh masyarakat.”

Dalam kajian fenomenologi agama, terdapat dua jenis kajian terhadap agama yaitu law/nomos oriented religion (agama berorientasi hukum), dan love/eros oriented religion (agama berorientasi cinta). Umumnya para fenomenologi akan dengan cepat memasukan agama Islam dalam kelompok law oriented religion. Hal ini senada dengan manifestasi Islam saat ini yang berfokus pada hukum dan politik.

“Ada aspek cinta yang hilang, jika kita bicara cinta maka kita akan melihat nuansa personal di dalam keberagamaan. Seperti yang dikatakan dalam Ihsan, dan kamu beribadah kepada Tuhan dengan cinta sedemikian dalam sehingga kamu melihat-Nya. Hal ini sangat personal seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.” papar Haidar.

“Hubungan keberagamaan itu pada puncaknya adalah hubungan yang sifatnya personal. Ketika ini hilang, berhenti hanya pada Islam dan Iman maka muncullah Islam yang tiba-tiba menjadi satu agama yang mau mengagresi ruang publik,” ujarnya.

Ibadah puasa juga merupakan hal yang bersifat personal. Dalam pemaparannya, Haidar menjelaskan bahwa puasa adalah saat dimana umat Muslim berintrospeksi yaitu bukan menyalah-nyalahkan orang lain tetapi menyalah-nyalahkan diri sendiri.

Dalam kesempatannya bertemu dengan Menteri Agama Lukman Hakim, Haidar merekomendasikan untuk menerapkan pengajaran mengenai rukun Ihsan kepada masyarakat sejak dini. Hal ini diakui juga oleh Menteri Agama melalui pernyataan Haidar bahwa pentingnya rukun Ihsan untuk menyempurnakan ajaran rukun Islam dan rukun Iman harus dilakukan. Karena dalam kegiatan keberagamaan, masyarakat harus mengutamakan akhlak serta kasih sayang untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam melakukan keberagamaan.

 

3171

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR