Jakarta, Gatra.com - Survei Demografi Developer Indonesia 2019 menyatakan bahwa hanya 56% lulusan IT berkarir sebagai developer di perusahaan. Sisa 44% lainnya bekerja lepas. Padahal Indonesia perlu menggerakkan strategi upskilling (peningkatan keterampilan) yang masif dan merata untuk menyiapkan 17 juta talenta digital siap kerja untuk menyongsong perekonomian digital 2025.
Namun untuk menyiapkan talenta digital siap kerja tidak mudah, sebab ada kendala yang seringkali dihadapi, yaitu persoalan biaya. Tuntutan untuk terus memperbarui dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki, berimbas pada kebutuhan biaya yang tidak sedikit untuk pendidikan.
Berawal dari sana, Dicoding, yaitu perusahaan startup lokal dan jaringan developer yang fokus mengembangkan talenta digital melalui pembelajaran daring, meluncurkan program Ramadan, ‘Berbagi Beasiswa, Berbagi Berkah’. “Hal ini bertujuan agar talenta digital di Indonesia mampu berdaya saing global, sesuai dengan kebutuhan industri, serta mumpuni menjadi penggerak perekonomian digital bangsa,” ujar CEO Dicoding, Narenda Wicaksono di Jakarta, Rabu (15/5).
Baca Juga: UGM dan Kominfo Sediakan 450 Beasiswa Talenta Digital
Mekanisme programnya, setiap pembelian satu kelas pembelajaran online di Dicoding Academy, Dicoding akan memberikan satu beasiswa kelas yang sama untuk developer lainnya yang membutuhkan. Narenda berharap, program ini diharapkan dapat turut berperan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi developer sekaligus menumbuhkembangkan ekosistem digital yang kuat di Indonesia.
Pada April 2019, Dicoding menyebarluaskan survei kepada 150.000 orang developer IT yang tersebar di 460 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jawaban responden menunjukkan bahwa hanya 56% SDM IT yang sukses mendapatkan karir sebagai IT developer atau engineer di perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah tertinggalnya kemampuan yang dimiliki oleh para lulusan IT di Indonesia, dan belum sesuai dengan kebutuhan industri terkini.
Pesatnya perkembangan industri informasi dan teknologi (IT) menuntut para tenaga kerja untuk terus mengasah dan memperbarui ilmu yang dimiliki. Meski mayoritas responden merupakan lulusan IT, dua dari tiga orang merasa bahwa mereka baru ‘mulai belajar’ pemrograman dasar seperti Android, Java, dan Web saat mengikuti kelas pembelajaran daring di Dicoding Academy. Bahkan, satu dari tiga orang responden merasa bahwa materi yang diberikan oleh Kelas Pemula di Dicoding setara dengan materi yang diterima saat mereka kuliah.
Baca Juga: Penggangguran Terbuka di Jateng Sebanyak 780.000 Orang
“Fakta ini menunjukkan bahwa kita perlu upaya kolaboratif dan kerjasama dari berbagai pihak, dari sektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk mengakselerasi keterampilan SDM bidang IT di Indonesia,” imbuh Narenda.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Dicoding bermitra dengan beberapa perusahaan nasional maupun multinasional dalam penyediaan kurikulum pemrograman termutakhir. Semua kelas Dicoding dapat diakses secara daring dan disajikan dalam Bahasa Indonesia untuk menjamin kemudahan belajar dan aksesibilitas bagi masyarakat yang berminat berkarir di dunia IT di mana pun mereka berada.
Baca Juga: Revitalisasi SMK Tunjukkan Dampak Positif
Sejauh ini, Dicoding menawarkan 19 kelas berbeda dengan ragam jenjang dari pemula hingga mahir. Cakupan materi pembelajaran meliputi Membuat Aplikasi Android, Membuat Game, Membangun Progressive Web Apps, Cloud, Flutter, Kotlin for Android, Blockchain, Java, Web, Chatbot, Cognitive, serta Manajemen Source Code.
Dicoding sendiri sudah memiliki 150.000 anggota yang tersebar di 460 kabupaten dan kota. Mereka sudah menghasilkan 165 tantangan dengan 5.500 aplikasi yang sudah diunduh sebanyak 225.000 kali.