Jakarta, Gatra.com - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai pertanian di Indonesia saat ini terlalu fokus kepada pertanian industri yang menekankan peran korporasi. Sejatinya, pembangunan pertanian harus berbasis pada petani kecil.
“Pembangunan pertanian harus berbasis petani kecil. Petani kecil sekarang sudah dipotong dari berbagai hal. Petani didorong hanya berfokus pada on-farm (budidaya),” ungkap Dwi Andreas kepada Gatra.com, Rabu (15/5).
Hal tersebut disebabkan benih, pupuk, dan pengendalian hama selama ini sudah disediakan pemerintah maupun swasta. Dengan itu potensi petani meninggalkan lahan pertaniannya sangat besar terlebih saat mengalami kerugian.
Di negara maju terjadi fenomena di mana lahan pertanian menurun. Tetapi lahan milik petani semakin meningkat.
"Hal ini disebabkan kepemilikan lahan beralih ke sesama petani. Sama seperti negara maju, jumlah petani di Indonesia terus menurun," lanjut dia.
Selain itu, sambung Andreas, sebagian besar pelaku usaha tanaman pangan merupakan petani kecil. Sehingga pemilik modal tidak tertarik berinvestasi di bidang pangan.
“Ingat MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate) waktu pemerintah lalu, ditawarkan kepada pemodal-pemodal. Saat itu yang tertarik 37 perusahan, hanya satu yang tertarik mengembangkan pangan. Itupun sudah enggak ada ceritanya lagi sekarang,” pungkas dia.