Jakarta, Gatra.com -- Peneliti Yale telah menunjukkan alasan utama mengapa orang lebih gampang jatuh sakit, bahkan meninggal akibat flu selama bulan-bulan musim dingin? Biangnya, kelembaban rendah! Demikian Sciencedaily, 13 Mei 2019.
Para ahli tahu bahwa suhu dingin dan kelembaban rendah mempromosikan penularan virus flu. Namun kurang dipahami tentang efek penurunan kelembaban pada pertahanan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi flu. Tim peneliti Yale, yang dipimpin Akiko Iwasaki, Profesor Immunobiologi Waldemar Von Zedtwitz, mengeksplorasi pertanyaan menggunakan tikus yang dimodifikasi secara genetik untuk melawan infeksi virus seperti halnya manusia.
Tikus-tikus tersebut ditempatkan di kamar-kamar pada suhu yang sama, tetapi dengan kelembaban rendah atau normal. Mereka kemudian terkena virus influenza A. Para peneliti menemukan bahwa kelembaban yang rendah menghambat respon kekebalan hewan. Kelembaban rendah mencegah silia, struktur seperti rambut dalam saluran pernafasan, dari menghilangkan partikel virus dan lendir. Seperti bulu hidung, silia berfungsi menangkap kotoran dan mendorongnya agar tidak turun ke saluran pernapasan yang lebih dalam.
Kurang berfungsinya silia, mengurangi kemampuan sel-sel saluran napas untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan virus di paru-paru. Mekanisme ketiga melibatkan interferon, atau memberi sinyal protein yang dilepaskan sel yang terinfeksi virus untuk memperingatkan sel tetangga terhadap ancaman virus. Di lingkungan dengan kelembaban rendah, sistem pertahanan kekebalan bawaan ngadat.
Studi ini menawarkan wawasan mengapa flu lebih lazim ketika udara kering. "Sudah diketahui bahwa di mana kelembaban turun, lonjakan kejadian flu dan kematian terjadi. Jika temuan kami pada tikus bertahan pada manusia, penelitian kami menyediakan mekanisme yang mungkin mendasari sifat musiman penyakit flu ini," kata Iwasaki.
Sementara para peneliti menekankan bahwa kelembaban bukan satu-satunya faktor dalam wabah flu, itu adalah faktor penting yang harus dipertimbangkan selama musim dingin. Meningkatkan uap air di udara dengan pelembap di rumah, sekolah, tempat kerja, dan bahkan lingkungan rumah sakit adalah strategi potensial untuk mengurangi gejala flu dan mempercepat pemulihan, kata mereka.