Riyadh, Gatra.com - Serangan tak berawak di stasiun pompa di Arab Saudi telah menggerek harga minyak dunia. Serangan tersebut meningkatkan ketegangan di Timur Tengah setelah kapal tanker minyak Arab Saudi mengalami sabotase pada akhir pekan lalu.
Bloomberg melaporkan, Futures naik 1% di New York, membalikkan penurunan Senin. Sebelumnya drone tak dikenal menyerang dua stasiun pompa milik Saudi Aramco, memaksa perusahaan minyak negara tersebut menunda operasi di daerah itu. Itu menyusul kerusakan tanker minyak yang berlabuh di Uni Emirat Arab pada hari Minggu.
Volatilitas minyak telah melonjak bulan ini karena minyak mentah dihantam oleh momok perang perdagangan dari sisi permintaan, sementara gejolak Timur Tengah dan gangguan produksi dari Norwegia ke Nigeria membuat prospek pasokan minyak diragukan.
Kegiatan pengeboran AS dan keputusan yang ditangguhkan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya tentang apakah pembatasan produksi akan diperpanjang bisa menjadi pemicu berbagai krisis.
"Kami menyaksikan pergolakan antara kekhawatiran ekonomi dan pengetatan neraca pasar minyak," kata analis di PVM Oil Associates Ltd. di London, Tamas Varga.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni naik 58 sen menjadi US$61,62 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 8:42 waktu setempat. Kontrak ditutup turun 62 sen menjadi US$61,04 pada hari Senin.
Brent untuk penyelesaian Juli naik 1,3% menjadi US$71,17 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah kehilangan sebanyak 0,4% sebelumnya. Kontrak benchmark global diperdagangkan dengan premi US$9,37 untuk WTI.
Stasiun pompa delapan dan sembilan di jalur pipa Timur-Barat, yang membawa minyak dari provinsi timur Arab Saudi ke pelabuhan Laut Merah Yanbu, diserang oleh drone bersenjata memicu kebakaran yang menyebabkan kerusakan kecil pada stasiun nomor delapan, tetapi akhirnya dikendalikan.
Aramco mengambil tindakan pencegahan dan sementara menghentikan aktivitas serta mengevaluasi situasi dan bekerja untuk memulihkan operasi. Menurut pernyataan itu. ekspor minyak mentah dan produk terus seperti biasa.