Jakarta, gatra.com - Kenaikan harga bahan pokok seolah menjadi suatu ‘tradisi’ di Indonesia menjelang Lebaran. Terdapat banyak faktor mengenai kenaikan harga bahan pokok, salah satunya adalah aksi ambil untung para pedagang.
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar mengungkapkan, menjelang Lebaran merupakan kesempatan bagi para pedagang untuk mengambil untung. Hal ini disampaikan di sela-sela Diskusi Publik Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Jakarta, Selasa (14/5).
“Strategi kita membantu pemerintah menghadapi hari-hari Lebaran yang selalu mahal. Kenapa? Inilah kesempatan pedagang kita. Dari kita [jual] murah, pedagang pasti jual mahal,” ungkap Bachtiar.
Selain itu, Bachtiar mengungkapkan adanya masalah distribusi pada hari-hari sekitar Lebaran. “Hari-hari Lebaran konsumen meningkat, kadang-kadang [kedatangan stok] mengalami keterlambatan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Perum Bulog melakukan fungsi ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilisasi dalam kaitannya menjaga kedaulatan pangan.
“Dalam hal ini Bulog menyerap gabah atau beras. Ada penugasan yaitu menyediakan cadangan beras pemerintah,” tutur Bachtiar.
Tidak hanya beras, Perum Bulog juga mendapankan penugasan pembelian gula, jagung, daging kerbau, daging ayam, minyak, dan bawang bombay untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
Kemudian, Bachtiar mengungkapkan bahwa pihaknya telah membuka jaring-jaring lewat Rumah Pangan Kita (RPK) hingga pelosok. “Di samping rumah pangan, kita juga menyalurkan [bahan kebutuhan pokok] melalui agen Bulog di pasar-pasar seluruh Indonesia,” ujarnya.
Terkait stabilisasi harga, ia menjelaskan bahwa upaya ini dilakukan untuk menjaga harga dalam taraf yang menguntungkan produsen, pedagang, dan konsumen. “Apabila terlalu murah kita beli mahal, kalau mahal kita jual murah. Dalam rangka stabilisasi kita kenal operasi pasar. Ini yang sekarang kita jalankan,” tuturnya.