Jakarta, Gatra.com - Ketua Komisi Yudisial, Jaja Ahmad Jayus menyebut pola "obat nyamuk" pada rotasi mutasi hakim adalah pola yang sesuai untuk proses tersebut saat ini, asal merata. Karena keberadaan keluarga yang dekat bisa mempengaruhi akuntabilitas dan independensi dalam manajemen putusan hakim.
"Masalah rotasi mutasi, dalam perkara selingkuh banyak aspek antara suami dengan istri berpisah cukup lama dengan jarak yang jauh. Walaupun gaji hakim naik dikaitkan dengan kebutuhan untuk bertemu keluarga yang jauh tidak ada rasanya, mereka sering mengeluh masalah gaji," kata Jaja dalam Diskusi RUU Jabatan Hakim di Cikini Jakarta Pusat, Selasa (14/5).
Menurut Jaja, dalam penempatan rotasi mutasi yang berjauhan dengan keluarga selain berdampak kesejahteraan hakim, tetapi juga pola rotasi mutasi sekarang ternyata tidak berdampak pada seluruh hakim khususnya di daerah. KY sangat concern pada pola rotasi mutasi untuk terlibat dalam manajemen hakim
"KY punya hak penelitian putusan terhadap hakim yang akan dilakukan proses mutasi setidaknya aspek intergitas itu sangat penting. Sehingga menjadi catatan KY sebelum dirotasi mutasi oleh Mahkamah Agung," ujar Jaja.
Jaja menambahkan dengan pola obat nyamuk dimana rotasi dan mutasi yang tidak menjauhkan para hakim dengan domisili keluarganya sebetulnya menjadi implikasi mencegah tindakan kerenggangan hubungan keluarga hingga meminimalisir terjadinya perselingkuhan.
"Rotasi pola obat nyamuk bagus kalau merata. Misalnya keluarga Hakim di Bandung, kemudian dia berpindah rotasi atau mutasi berputar misalnya ke Majalengka, Cianjur, Sumedang sehingga dia tiap minggu bisa pulang," pungkas Jaja.