Jakarta, Gatra.com - Juru Bicara Rembuk Nasional Aktivis 1998 sekaligus mantan aktivis 1998, Wahab Talaohu, mengatakan rembuk ini merupakan rangkaian acara di bulan Mei di mana pada Mei 1998 silam terjadi pembunuhan, pemerkosaan, pembakaran, dan penjarahan terhadap rakyat Indonesia di hampir seluruh kota besar negeri ini.
Menurut Wahab, kejadian tersebut dilakukan oleh klan keluarga Cendana di bawah rezim orde baru (Orba). Sedangkan ziarah ke Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Selasa (14/5), adalah upaya melawan lupa terhadap korban dari kekerasan era orde baru.
“Klan keluarga Cendana telah melakukan tindakan bengis dan keji terhadap rakyat Indonesia yang tidak berdosa. Pada Mei 1998, terjadi pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Surakarta. Kami semua hadir di sini untuk melawan lupa dan mengingatkan kembali ingatan rakyat Indonesia,” ujar Wahab.
Wahab mengatakan, TPU Pondok Ranggon ini adalah menjadi saksi hidup tragedi kelam Mei 1998. Ia menuturkan kejadian bengis ini dilakukan oleh keluarga Cendana hanya untuk mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun dan memperkaya diri mereka sendiri.
“Di sini [TPU Pondok Ranggon] menjadi saksi hidup di mana anak-anak, perempuan, dan bahkan wanita hamil dibunuh dengan keji oleh keluarga Cendana yang hanya semata-mata mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun. Dan kita mengetahui bahkan selama 32 tahun tersebut, mereka merampok, menjarah kekayaan alam bangsa ini hanya untuk kekayaan Cendana. Seluruh rakyat mengetahui hal tersebut,” ujarnya.
Wahab menuturkan kekayaan Cendana berada dari Sabang hingga Merauke dan ini adalah hasil rampokkan selama 32 tahun. Ia menuturkan keluarga Cendana melakukan pembantaian dengan sadis ketika ada kekuatan dari masyarakat dan mahasiswa pada 1998 yang ingin menegakkan keadilan dan demmokrasi.
“Kalau di ATM, angka 0-nya tidak habis-habis sebab keluarga Cendana ini kekayaannya di mana-mana. Lalu, keluarga Cendana membantai teman-teman saya hingga meninggal di Trisakti, Semanggi 1 dan 2 yang saat itu ingin menegakkan keadilan dan hak asasi manusia. 1.217 rakyat Indonesia meninggal saat itu dan ini semua adalah perbuatan klan Cendana,” katanya.